Selasa, 16 Juni 2015

Laporan Kunjungan IPLT Nipa-nipa Antang



KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas petunjuknya kami dapat menyelesaikan Makalah sesuai dengan tugas yang diamanahkan kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan secara tuntas. Dan tentunya dengan karunia-nya jualah penulis dapat menyelesaikan tepat  pada waktunya.
 Shalawat  beriring salam tak puas - puasnya kita kirimkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW, karena hanya dengan petunjuknya dan segala usaha upaya beliau, kita dapat rasakan kehidupan yang berbudaya, beraturan dan menjadikan kita makhluk yang lebih mulia dihadapan tuhan.
Harapan saya semoga makalah dengan judul “Kunjungan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Nipa-nipa Antang” ini membantu saya dalam panunjang penilaian dalam mata kuliah PAPLC-B ini, agar menjadi lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para dosen, dan teman sekalian untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini, sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Wassalamualaikum wr.wb
Makassar, 08 Juni 2015


                                                                                                   Penulis

DAFTAR ISI

Halaman judul ......................................................................................................................... i
Kata pengantar ........................................................................................................................ ii
Daftar isi .................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
A. Latar belakang.............................................................................................................. 1
B.  Tujuan .......................................................................................................................... 2
C.  Manfaat........................................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 4       
A.    Pengertian Tinja............................................................................................................ 4
B.     Pengertian IPAL.......................................................................................................... 7
C.     Tujuan pengolahan lumpur tinja................................................................................... 7
D.    Teknologi pengolahan lumpur tinja.............................................................................. 8
E.     Pengelolaan pembuangan kotoran tinja........................................................................ 9
F.      Metode pengelolaan tinja............................................................................................. 10
G.    Pemanfaatan kotoran tinja............................................................................................ 14
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM........................................................................... 17
A.    Jenis Praktikum............................................................................................................ 17
B.     Waktu dan Lokasi Praktikum....................................................................................... 17
C.     Pelaksanaan Praktikum................................................................................................. 17
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................................... 18
A.    Gambaran Umum Instalasi pengelolaan lumpur tinja (IPLT)....................................... 18
B.     Kondisi Geografis........................................................................................................ 18     
C.     Sistem Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT) Nipa – Nipa Antang.................... 19
D.    Fungsi Unit-Unit Pengelolaan IPLT Nipa-Nipa........................................................... 21
BAB V PENUTUP................................................................................................................. 23
A.    Kesimpulan................................................................................................................... 23
B.     Saran............................................................................................................................. 23
Daftar pustaka.......................................................................................................................... 24
Lampiran ................................................................................................................................. 25


BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Keadaan lingkungan dapat  mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesehatan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat  dimulai, didukung, ditopang atau dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan. Bagi pengusaha yang belum sadar terhadap akibat buangan mencemarkan lingkungan, tidak punya program pengendalian dan pencegahan pencemaran. Oleh sebab itu bahan buangan yang keluar dari pabrik langsung dibuang ke alam bebas.
Limbah membutuhkan pengolahan bila ternyata mengandung senyawa pencemaran yang berakibat menciptakan kerusakan terhadap lingkungan atau paling tidak potensial menciptakan pencemaran. Suatu perkiraan harus dibuat lebih dahulu dengan jalan mengidentifikasi:sumber pencemaran, kegunaan jenis bahan, sistem pengolahan,banyaknya buangan dan jenisnya, kegunaan bahan beracun dan berbahaya yang terdapat dalam pabrik. Dengan adanya perkiraan tersebut maka program pengendalian dan penanggulangan pencemaran perlu dibuat. Sebab limbah tersebut baik dalam jumlah besar atau sedikit dalam jangka panjang atau jangka pendek akan membuat perubahan terhadap lingkungan, maka diperlukan pengolahan agar limbah yang dihasilkan tidak sampai mengganggu struktur lingkungan.
Kotoran manusia (tinja) adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine), dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan.Saat ini akses masyarakat terhadap sarana sanitasi khususnya jamban, masih jauh dari harapan. Berbagai kampanye dan program telah banyak dilakukan, terakhir dengan pemberlakuan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Berbagai upaya tersebut sebetulnya bermuara pada terpenuhinya akses sanitasi masyarakat, khususnya jamban. Namun akses tersebut selain berbicara kuantitas yang terpenting adalah kualitas. Berdasarkan hasil penelitian yang ada, seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari 970 gram dan menghasilkan air seni 970 gram. Jadi bila penduduk Indonesia dewasa saat ini 200 juta maka setiap hari tinja yang dikeluarkan sekitar 194.000 juta gram (194.000 ton).
Maka bila pengelolaan tinja tidak baik, jelas penyakit akan mudah tersebar. Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi.Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang ditularkan melalui tinja. Karena kotoran manusia (feses) adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada feses dapat melalui berbagai macam jalan atau cara.
Oleh karena itu, Dengan banyaknya masalah yang terjadi di masyarakat. Maka, pada makalah ini akan dibahasa mengenai proses pengolahan tinja.

B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui Sistem Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT) Nipa – Nipa Antang
2.      Untuk mengetahui Fungsi Unit-Unit Pengelolaan IPLT Nipa-Nipa Antang

C.    Manfaat
1.      Manfat bagi pembaca :
Makalah ini diharapakan dapat memberikan informasi bagi para pembaca atau masyarakat mengenai proses pengolahan tinja, sehingga dapat mencegah terjadinya hal yang tidak di inginkan seperti terjadinya penyakit typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal
2.      Manfaat bagi penulis :
Makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi penulis mengenai Proses pengolahan tinja. Sehingga dapat mengasah kemampuan penulis dalam membuat makalah-makalah lain yang dapat memberikan informasi kepada masayarakat tentang permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengertian Tinja
Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi olehtubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakansalah satu sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Orang yangterkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya mendapatkan infeksi inimelalui tinja (faeces). Seperti halnya sampah, tinja juga mengundangkedatangan lalat dan hewan-hewan lainnya. Lalat yang hinggap di atas tinja(faeces) yang mengandung kuman-kuman dapat menularkan kuman-kumanitu lewat makanan yang dihinggapinya, dan manusia lalu memakan makanantersebut sehingga berakibat sakit. Beberapa penyakit yang dapat disebarkanakibat tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macamcacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan sebagainya.
Sumber Tinja
Ø  Manusia sebagai Individu
Manusia sebagai individu dalam hal ini adalah seorang manusia yang hidup sendiri dalam suatu tempat tinggal terpisah dari individu yang menempati tempat tinggal lain, atau kelompok manusia yang satu individu dengan individu lainnya terikat dalam satu hubungan kekeluargaan atau kekerabatan yang menempati satu tempat tinggalsebagai satu keluarga. Tinja yang dihasilkan dari sumber ini biasanyaditangani secara perorangan oleh individu atau keluarga yang bersangkutan dengan menggunakan sarana pembuangan tinja berupa jamban perorangan atau jamban keluarga.
Ø  Manusia sebagai Kelompok
Manusia sebagai kelompok adalah kumpulan manusia yang bertempat tinggal di satu wilayah geografis dengan batas-batas tertentu.Individu dalam kelompok terikat oleh satu hubungan kemasyarakatanyang memiliki norma kelompok yang disepakati bersama. Masalah penanganan tinja pada kelompok ini sering bersifat sangat kompleks.Berbagai faktor penyebab, yaitu keterbatasan penyediaan lahan,kepentingan yang berbeda antara individu, faktor sumber daya, faktor fisibilitas pengelolaan dan sebagainya sangat menentukan keberhasilan penanganan tinja dari manusia sebagai kelompok ini. Penanganan tinjadari manusia sebagai kelompok biasanya dilakukan secara kolektif dengan menggunakan jamban umum.
Dekomposisi Tinja
Tinja dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai mengalami penguraian (decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan yang stabil, tidak berbau, dan tidak mengganggu.
Aktifitas utama dalam proses dekomposisi adalah :
1.      Pemecahan senyawa organic kompleks, seperti protein dan urea, menjadi bahan yang lebih sederhana dan lebih stabil.
2.      Pengurangan volume dan massa (kadang ± kadang sampai 80%) dari bahan yang mengalami dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbondioksida, amoniak, dan nitrogen yang dilepaskan ke atmosfer;Bahan ± bahan yang terlarut yang dalam keadaan tertentu meresapkedalam tanah di bawahnya; dan
3.      Penghancuran organisme pathogen yang dalam beberapa hal tidak mampu hidup dalam proses dekomposisi, atau diserang oleh banyak  jasad renik didalam massa yang tengah mengalami dekomposisi.
Bakteri memegang peranan penting dalam dekomposisi. Aktifitas bakteri dapat berlangsung dalam suasana aerobik, yakni dalam keadaanterdapat udara, atau anaerobic dalam keadaan tidak terdapat oksigen. Seluruh proses dapat berlangsung secara anaerobik, seperti yang terjadi pada kakusair (aqua privy), tangki pembusukan (septic tank), atau pada dasar lubangyang dalam; atau secara aerobik, seperti pada dekomposisi tertentu.Disamping itu, dekomposisi dapat terdiri lebih dari satu tahap, sebagianaerobic dan sebagian lainnya anaerobik, tergantung pada kondisi fisik yang ada. Sebagai contoh, proses anaerobik berlangsung dalam tangki pembusukan, efluen cair meresap kedalam tanah melalui saluran peresapandan meninggalkan banyak bahan organik pada lapisan atas tanah. Bahanorganik itu diuraikan secara aerobic oleh bakteri saprofit yang mampumenembus tanah sampai sedalam 60cm.
Proses dekomposisi berlangsung pada semua bahan organic mati yang berasal dari tumbuhan atau hewan, terutama pada komponen nitrat, sulfat,atau karbonat yang dikandungnya. Pada kotoran manusia yang merupakancampuran tinja dan air seni yang relative kaya akan senyawa nitrat, prosesdekomposisi terjadi melalui siklus nitrogen. Pada siklus ini, pertama ± tama,senyawa dipecahkan menjadi amonia dan bahan sederhana lainnya.Kemudian, diubah oleh bakteri nitrit (nitrifying bacteria) menjadi nitrit dannitrat. Bau merangsang yang timbul selama dekomposisi air seni disebabkanoleh amonia yang tetrlepas sebelum berubah menjadi bentuk yang lebihstabil. Dekomposisi dapat berlangsung sangat cepat, dari beberapa hari padadekomposisi mekanis yang sangat terkendali sampai dengan beberapa bulan, bahkan hamper satu tahun pada kondisi rata ± rata lubang jamban.
Pada umunya, kondisi yang terjadi pada dekomposisi tinja tidak menguntungkan bagi kehidupan organism pathogen. Bukan hanya karenatemperatur dan kandungan airnya yang menghambat pertumbuhan organisme pathogen itu, melainkan kompetisi antara flora bakteri dan protozoa, yang bersifat predator dan merusak. Pathogen cenderung cepat mati apabila produk akhir dekomposisi yang berbentuk seperti humus itu di hamparkan diluar danmengering. Bakteri pathogen tidak dapat hidup lebih lama dari 2 bulan padaisi lubang jamban yang dibiarkan begitu saja. Telur cacing tambang akantetap hidup lebih lama, tergantung pada kelembaban dan temperature udara,smapai 5 bulan pada iklim dingin, dan lebih pendek waktunya pada kondisitropis. Mereka bahkan menetas dalam kondisi ada udara, dan akanmenghasilkan larva yang dapat hidup selama beberapa minggu pada tanahyang lembab dan berpasir. Telur ascaris dapat hidup 2 atau 3 pekan dalam bahan yang terdapat pada lubang jamban.
Hasil akhir proses dekomposisi mengandung nutrient tanah yang bermanfaat dan dapat memberikan keuntungan bila digunakan sebagia pupuk  penyubur tanaman (fertilizer). Kadang ± kadang petani mengeluh karenasedikitnya kandungan nitrogen pada tinja yang telah memngalamidekomposisi. Tinja segar memang mengandung lebih banyak bahan nitrogen,namun bahan itu tidak dapat digunakan oleh tanaman pada susunan nya yangasli. Tanaman hanya dapat menggunaan nitrogen sebagia amonia, nitrit, atuanitrat yang mana dihasilkan selama dekomposisi tahap lanjutan. Bila tinjasegar dihamparkan diatas tanah, kebanyakan nitrogen akan berubah menjadi bahan padat yang menguap ke udara sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
B.     Pengertian Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) adalah instalasi pengolahan air limbah yang didesain hanya menerima lumpur tinja melalui mobil (truk tinja). Lumpur tinja diambil dari unit pengola limbah tinja seperti tangki septik dan cubluk tunggal ataupun endapan lumpur dari underflow unit pengolahan air limbah lainya. IPLT dirancang untuk mengolah lumpur tinja sehingga tidak membahayakan bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

C.    Tujuan Pengolahan Lumpur Tinja
Pengolahan lumpur tinja dilakukan dengan tujuan utama, yaitu :
1.        Menurunkan kandungan zat organik dari dalam lumpur tinja.
2.        Menghilangkan atau menurunkan kandungan mikroorganisme patogen (bakteri, virus, jamur dan lain sebagainya)

D.    Teknologi Pengolahan Lumpur Tinja
Teknologi yang umum digunakan untuk mengolah lumpur tinja di Indonesia adalah kombinasi tangki imhoff dan kolam stabilisasi atau hanya menggunakan kolam stabilisasi saja. Jenis dan fungsi unit-unit pengolahan yang digunakan pada IPLT yaitu :
1.       Unit Pengumpul (equalizing unit)
Tangki ekualisasi berfungsi untuk menghomogenkan lumpur tinja yang masuk ke IPLT, mengingat karakteristik lumpur tinja yang tidak selalu seragam antar tangki septik.
2.      Tangki imhoff
Tangki imhoff adalah bangunan konstruksi dari beton bertulang kedap air berfungsi untuk menurunkan kebutuhan oksigen biokimia dan suspended solid, serta pembusukan dari lumpur yang terendapkan dari efluen lumpur tinja bak pengumpul. Di dalam tangki imhoff terjadi proses pengendapan dan pencernaan secara anaerobik, melalui zona sedimentasi, zona netral dan zona lumpur.
3.      Kolam Anaerobik
Kolam ini beroperasi tanpa adanya oksigen terlarut karena beban organik masih sangat tinggi, sehingga bakteri membutuhkan banyak oksigen untuk menguraikan limbah organik.
4.       Kolam fakultatif
Di dalam sistem kolam fakultatif, air limbah berada pada kondisi aerobik dan anaerobik pada waktu yang bersamaan. Zona aerobik terdapat pada lapisan atas atau permukaan sedangkan zona anaerobik berada pada lapisan bawah atau dasar kolam. Waktu tinggal di dalam kolam fakultatif 6-10 hari.
5.       Kolam maturasi
Tahap terakhir dari kolam stabilisasi adalah kolam maturasi atau disebut juga kolam pematangan. Menghitung jumlah bakteri coliform di kolam maturasi
6.      Bak pengering lumpur
Bak pengering lumpur berfungsi untuk mengeringkan lumpur yang dihasilkan dari kolam anaerobik, kolam fakultatif dan kolam maturasi. Lamanya waktu yang diperlukan untuk mengeringkan lumpur antara 1-2 minggu, tergantung pada ketebalan lumpur yang tertampung.
E.     Pengelolaan Pembuangan Kotoran Tinja
Untuk mencegah, sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinjaterhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikeloladengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentuatau jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
a.       Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.
b.      Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.
c.       Tidak mengotori air tanah di sekitarnya.
d.      Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang - binatang lainnya.
e.       Tidak menimbulkan bau.
f.       Mudah digunakan dan dipelihara (maintenance).
g.      Sederhana desainnya.
h.      Murahi.
i.        Dapat diterima oleh pemakainya.
   Agar persyaratan - persyaratan ini dapat dipenuhi maka perludiperhatikan antara lain sebagai berikut :
-          Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindungdari panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindungdari pandangan orang (privacy) dan sebagainya.
-          Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat, dan sebagainya.
-          Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau, dan sebagainya.
-          Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.

F.     Metode Pengelolaan Tinja
a.       Memisahkan Sampah/Kotoran dari Lumpur Tinja
Lumpur tinja (septage) yang diambil dari dasar tangki septik dirumah kita. Warnanya hitam, baunya sangat menyengat, menyerupaitelur busuk, karena didalamnya terkandung banyak gas Hidrogen Sulfida(H2S), dan gas lainnya yang terkandung dalam lumpur tinja tersebut.Apabila ditempatkan dalam bentuk lapisan titpis diatas dasar padat yang poreous. Seperti lapisan pasir padat, misalnya, maka air yangdikandungnya dapat diserap oleh dasar poreous tersebut dan lumpur tinjaini dapat dikeringkan. Tetapi mengingat baunya yang tidak sedap, sangatmengganggu lingkungan maka sebelum dikeringkan, lumpur tinja iniharus diolah lebih lanjut dalam Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Jangan dibuang langsung ke sungai karena akan menimbulkan pencemaran lingkungan yang lebih parah, dan menimbulkan bakteri pathogen ke mana-mana.
Lumpur tinja yang disedot oleh truk tinja, banyak mengandungsampah padat lainnya yang dibuang kedalam lubang kakus sehinggasesampainya di IPLT, perlu dilewatkan saringan berjeruji besi, agar sampah dan kotoran lain dapat dipisahkan tersendiri. Banyak tipesaringan, yang diperlengkapi dengan alat mekanis yang bergerak otomatis
mengeruk sampah yang tersangkut pada jeruji besi tersebut, atau yangsecara mekanis/elektris, menghancurkan sampah tersebut (³comminutor´)dengan gerakan seperti mengunyah makanan. Untuk pemakaian diIndonesia, sebaiknya digunakan saja saringan dengan pembersih sampahsecara manual.
b.      Mengolah Lumpur
Karena lumpur akan memasuki perpipaan, pompa lumpur, dll,maka dilakukan upaya untuk memeperlancarkan jalannya lumpur didalammenjalani proses selanjutnya. Karaktristik lumpur dibuat lebih ´uniform´,sama jenis, lembut, agar tidak menyumbat peralatan instalasi. Beberapa proses ini biasanya berhasil baik :
-          Sludge Grinding, dengan peralatan mekanis bongkahan lumpur yang besar atau panjang dipotong menjadi partikel kecil, atau digerus.Jangan sampai lumpur ini menyumbat atau merangkak didalam pipa, pompa, dll.
-          Sludge Blending, mencampur bermacam-macam komposisi lumpur yang terdiri dari endapan kimiawai atau biologi, menjadi suatuadukan yang uniform, agar memudahkan aliran bagian hilir instalasi.Apalagi kalau lumpur ini harus mengalami suatu ³waktu inap´ yangtertentu. Adukan yang uniform memudahkan terselenggaranyaoperasional ini.
c.       Proses Stabilisasi Lumpur
Lumpur diproses lebih lanjut dengan melakukan stabilisasi, agar volumenya menyusut (reduksi), mengalami stabilisasi dan masa lumpur menjadi berkurang. Beberapa proses dibawah ini dapat meningkatkankualitas lumpur karena : (i). Bakteri pathogen berkurang jumlahnya (ii).Bau yang menyengat bisa berkurang (iii). Mencegah, dan mengurangi potensi pembusukan. Keberhasilan untuk mencapai ketiga tujuan diatas,tergantung pada proses stabilisasi yang dilakukan terhadap bagian zat organik dari lumpur yang mudah menguap (³volatile´). Kalaumikroorganisme dibiarkan mengerumuni bagian zat organik dari lumpur yang diolah, maka stabilisasi, boleh dikatakan kurang berhasil.Secara nyata dapat dikatakan, bahwa suatu proses stabilisasi merupakan upaya untuk melakukan
-          Reduksi secara biologis terhadap kadar zat organik volatile
-          Oksidasi secara kimiawi terhadap bahan volatile yang adadalam lumpur
-          Penambahan zat kimia tertentu untuk menciptakan kondisidimana mikroorganisme tidak memiliki ketahanan untuk hidup lagi, sehingga akan mati dan berkurang jumlahnya
-          Pemanasan terhadap lumpur tersebut, sebagai langkahuntuk sterilisasi/disinfectant
Didalam prakteknya, proses stabilisasi dilakukan dengan berbagaicara seperti :
-          penambahan kapur tohor, dengan membubuhkan kapur tohor kedalam lumpur, agar tercipta lingkungan yang tidak kondusif untuk ketahanan hidup dari mikroorganisme. Dengan demikian pHdiharapkan mencapai angka 12 atau lebih. Bilamana pH dapatdipertahankan pada tingkatan ini, maka lumpur tidak akanmembusuk, dan tidak menimbulkan bau menyengat, serta tidak mengganggu kesehatan.
-          pemanasan dimana lumpur dipanaskan sampai 260oC, pada tekanansekitar 2760 kN/m2, untuk jangka pendek (misalnya 30 menit).Dengan demikian aktivitas panas yang ditimbulkannya melepakanair yang terikat dalam lumpur dan menimbulkan koagulasi zat padatnya. Selain itu terjadi juga hidrolisis terhadap bahan protein,sehingga sel mengalami kehancuran, dan menimbulkan senyawaorganik dan ammonia nitrogen.
-          anaerobic digestion, melakukan penguraian bahan organik dananorganik tanpa kehadiran molekul zat asam. Dalam hal ini bahan organik dirubah secara biologis dalam kondisi anaerobik menjadi gasmethan (CH4), dan zat asam arang (CO2). Dengan demikian zatorganik berkurang jumlahnya, bakteri yang patogen juga semakinhilang, dan lumpur tidak bisa membusuk lagi.
-          composting merupakan suatu proses dimana bahan organik mengalami proses penguraian secara biologis, menjadi suatu produk yang lebih stabil, tidak berbau, hygienic, dan berbentuk menyerupaihumus. Sekitar 20 sampai 30 persen dari bahan yang mudahmenguap volatile dirubah menjadi karbondioksida dan air. Panasyang ditimbulkan selama proses ini bisa mencapai 50 sampai 70derajad Celcius, sehingga mematikan organisme enteric pathogenic.
d.      Proses Pemisahan Kandungan Air dalam Lumpur
Setelah lumpur menjadi stabil, maka diupayakan untuk memisahkan kandungan air agar keluar dari lumpur tersebut. Adapun carayang dipergunakan tergantung pada kondisi setempat, yaitu:
o   thickening (concentration), menggunakan peralatan mekanik untuk menekan, memutar, atau menyembuhkan udara sehingga lumpur mengapung di atas air dan dipisahkan tersendiri.
o   Conditioning, dengan membubuhkaan zat kimia (besi klorida, kapur, polimer organik), atau memanaskan lumpur pada tekanan tertentudalam waktu yang relatif pendek, sehingga lumpur mengalamikoagulasi, dan airnya terpisah. Pengeringan lumpur yang dilakukandengan bantuan panas matahari, atau sumber panas lainnya.
o   Dewatering, bisa dilakukan dengan udara vakum yang bisamemisahkan air dari lumpur, putaran sentrifugal, sehingga airnyaterlontar meninggalkan lumpur oleh gaya yang ditimbulkannya. Bisa juga lumpur dihimpit diantara dua buah silinder yang berputar,sehingga airnya keluar.
o   Sludge Drying Bed, mengeringkan lumpur yang dituangkan ratadiatas pelataran yang luas, sehingga sinar matahari menguapkan airnya. Cara ini termasuk murah, hanya memerlukan sedikit perhatian dari operator, dan menghasilkan zat padat yang terbanyak.
G.    Pemanfaatan Kotoran Manusia
1.      Pemanfaatan kotoran manusia sebagai pupuk tanaman
Kotoran manusia bukanlah limbah tak berguna. Sebuah lembaga organik Inggris menyatakan kotoran manusia dapat memainkan peran penting dalam mengamankan ketahanan pangan masa depan, misalnya membantu mencegah menurunnya hasil panen tanaman pangan, seperti gandum, yang sangat membutuhkan pupuk fosfor. "Diperkirakan hanya 10 persen dari 3 juta ton fosfor yang dikeluarkan oleh populasi manusia di dunia setiap tahun yang kembali ke tanah pertanian,* kata Asosiasi Pertanahan,badan sertifikasi organik terbesar di Inggris.
Suplai fosfor yang cukup sangat penting bagi pembentukan biji, perkembangan akar, dan pematangan tanaman. Dulu, penduduk Eropa mengembalikan fosfor ke lahan pertanian melalui pemupukan menggunakan kotoran ternak dan manusia. Laporan Asosiasi Pertanahan meminta dilakukannya perubahan regulasi Uni Eropa agar mengizinkan penggunaan endapan pengolahan limbah, atau blosolid, pada lahan pertanian organik bersertiflkasi. Regulasi ini melarang penggunaan biosolid pada lahan pertanian organik karena dikhawatirkan ada efek racun dari logam berat yang disebabkan oleh kombinasi limbah kotoran manusia dengan produk limbah lain, semisal sampah pabrik. 
2.      Pemanfaatan kotoran manusia menjadi biogas
Biogas adalah suatu campuran gas-gas yang dihasilkan dari suatu proses fermentasi bahan organik oleh bakteri dalam keadaan tanpa oksigen atau anaerobik (Sahidu, 1983). Biogas adalah gas yang dapat terbakar dari hasil fermentasi bahan organik yang berasal dari daun-daunan, kotoran hewan/manusia, dan lain-lain limbah organik yang berasal dari buangan industri oleh bakteri anaerob (Wijayanti, 1993).
Biogas adalah bahan bakar berguna yang dapat diperoleh dengan memproses limbah (sisa) pertanian yang basah, kotoran hewan dan manusia atau campurannya, di dalam alat yang dinamakan penghasil biogas (Harahap dkk, 1980). Menurut Polprasert (1985), kandungan biogas tergantung dari beberapa faktor seperti komposisi limbah yang dipakai sebagai bahan baku, beban organik dari digester, dan waktu serta temperatur dari penguraian secara anaerobik. Walaupun terdapat variasi dalam kandungan biogas,Kandungan bahan organik di dalam limbah pertanian cukup besar, apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan estetika.
Bahan organik terdiri dari senyawa-senyawa karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen, kadang senyawa sulfur, fosfor dan lain-lain.Kadar dan jenis bahan yang dapat menurunkan kualitas atau mencemarkan lingkungan sangat bervariasi tergantung dari jenis hasil pertanian itu sendiri namun secara garis besar, dapat dinyatakan bahwa limbah hasil pertanian mudah terurai secara biologis di alam (biodegradable) (Tugaswati dan Nugroho 1985).Tinja dan urin manusia tergolong bahan organik merupakan hasil sisa perombakkan dan penyerapan dari sistem pencernaan. Berdasarkan kapasitas manusia dewasa rataan hasil tinja 0,20 kg/hari/jiwa (Sugiharto 1987). Sama halnya dengan limbah organik lain, limbah manusia dapat digunakan sebagai sumberdaya yang masih jarang diungkapkan. Nutrisi kotoran manusia tidak jauh berbeda dibanding kotoran ternak.Kalaupun berbeda tentu akibat pola makan dan sistem pencernaan yang berbeda.Pola makan manusia lebih banyak memilih bahan makanan kurang berserat, protein lebih tinggi dan umumnya dimasak sebelum dikonsumsi, sedangkan ternak sebaliknya. Kotoran manusia memiliki keunggulan dari segi nutrisi, dimana nisbah karbon (C) dan nitrogen (N) jauh lebih rendah dari kotoran ternak (C/N rasio 6-10:18-30) (Sihombing 1988)
Tinja berasal dari sisa metabolisme tubuh manusia yang harus dikeluarkan agar tidak meracuni tubuh. Keluaran berupa feses bersama urin biasanya dibuang ke dalam tangki septik. Lumpur tinja/night soil yang telah memenuhi tangki septik dapat dibawa ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja.Komposisi dan volume lumpur tangki septik tergantung dari faktor diet, iklim dan kesehatan manusia.
3.      Pemanfaatan Pengolahan  Jamban Pupuk (the Compost Privy)
Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal galiannya. Disamping itu jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang dan sampah, daun-daunan. Prosedurnya adalah sebagai berikut : 
-          Mula-mula membuat jamban cemplung biasa.
-          Dilapisan bawah sendiri, ditaruh sampah daun-daunan. 
-          Diatasnya ditaruh kotoran dan kotoran biinatang (kalau ada) tiap-tiap hari.
-          Setelah kira-kira 20 inchi, ditutup lagii dengan daun-daun sampah, selanjutnya ditaruh kotoran lagi. 
-          Demikian seterusnya sampai penuh. 
-          Setelah penuh ditimbun tanah dan membuatt jamban baru. 
-          Lebih kurang 6 bulan kemudian dipergunakkan pupuk tanaman







BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A.    Jenis Praktikum
Jenis praktikum yang dilakukan pada tugas Mata Kuliah Penyehatan Air dan Pengolahan Limbah Cair-B adalah dengan cara Observasi.

B.     Waktu dan Lokasi praktikum
Hari / tanggal        : Jumat, 22 Mei 2015
Waktu                   : 08.00 - selesai
Lokasi                    :  IPLT Di desa Nipa-Nipa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar

C.    Pelaksanaan praktikum
Pelaksanaan praktikum ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung pada Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT).








BAB IV
PEMBAHASAN
A.    Gambaran Umum Instalasi pengelolaan lumpur tinja (IPLT)
Instalasai IPLT yang terletak di kota Makassar sebanyak 1 unit dengan kapaitas pengolahan sebesar 100 M3/hari  terletak di desa Nipa-Nipa, Kecamatan Manggala, Instalasi IPLT ini dibangun tahun 1990. Terletak kurang lebih 20 km dari pusat kota Makassar.
B.     Kondisi Geografis
Kota Makassar saat ini sudah mempunyai sistem pembuangan air limbah terpusat berupa bangunan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) yang terletak di Kecamatan Manggala berjarak ± 14 Km dari pusat kota dengan luas lahan 10.000 m2. Luas lahan yang terbangun baru sekitar 2.181,33 m2 atau 21,8% dari total luas lahan yang ada.
Berikut disajikan luas jenis bangunan IPLT pada lahan yang ada.

Jumlah  armada yang dimiliki oleh Dinas Kebersihan Kota Makassar untuk
pengoperasian IPLT ada 8 unit yang terdiri dari :
-           2 unit Toyota Dyna Rino (1986)
-          2 unit Toyota Dyna Rino (1983)
-          1 unit Daihatsu (1996)
-           3 unit Toyota Dyna Rino (1999)
Berdasarkan data dan hasil studi optim alisasi prasarana IPLT dengan peningkatan peran serta masyarakat diperoleh volume lumpur tinja yang masuk ke IPLT sebanyak 96 m3 / hari pada saat musim hujan dan 36 m3/hari pada saat musim kemarau.
                                                    
C.    Sistem Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT) Nipa – Nipa Antang
Prinsip pengelolaan IPLT nipa-nipa menggunakan sistem kolam stabilisasi dengan pengaliran secara grafitasi. Pengolahan lumpur tinja merupakan pengolahan lumpur dari tangki septic yang mengandung bahan – bahan pathogen yang masih tinggi.
Adapun maksud dari pengolahan ini adalah:
-          Untuk mendapatkan kualitas lumpur tinja tidak mencemari lingkungan jika dibawah atau diaplikasikan ke tanah tapi sebaliknya akan menjadi pupuk.
-          Untuk menurunkan atau mereduksi kandunhan BOD (biochemical oxygen demand), COD (Chemical Oxygen Demand), SS ( Suspended solid) dan bakteri Coli yang dapat meyebabkan penyakit types, cholera, disentri, diare, muntaber dan sebagainya.
-          Untuk mendapatkan kualitas air buangan atau efluen yang dihasilkan dari pengolahan ini bisa dibuang ke badan air dengan tidak mencemari lingkungan
Untuk menurunkan / mereduksi atau meminimalisir kandungan bakteri – bakteri dan bahan – bahan organic yang terkandung dalam lumpur tinja maka dibuatkan pengolahan dengan sistem kolam stabilisasi yang terdiri dari susunan seri kolam – kolam dengan tujuan yang berbeda-beda, mulai dari bak penangkap pasir, imhof tank, kolam aerobic 1, kolam aerobic 2, kolam fakultatif, kolam maturai dan bak pengering lumpur (SDB).
Tahap – tahap yang dilakukan mulai dari proses pemisahan antara zat padat dan cair, pengurangan SS, BOD, dan COD serta pengurangan bakteri Coli.
Diagram alir proses pengolahan lumpur tinja (IPLT) Nipa – Nipa Antang
SDB



Efluent
Imhof tank
Kolam Aerobik 1
Kolam Aerobik 2

Kolam fakultatif
Kolam Maturai
 







                                   
                                                                                   





D.    Fungsi Unit-Unit Pengelolaan IPLT Nipa-Nipa
Untuk mencegah, sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Lumpur tinja (septage) yang diambil dari dasar tangki septik dirumah kita. Warnanya hitam, baunya sangat menyengat, menyerupai telur busuk, karena didalamnya terkandung banyak gas Hidrogen Sulfida(H2S), dan gas lainnya yang terkandung dalam lumpur tinja tersebut.
Dalam Prinsip pengelolaan IPLT Nipa-Nipa yang menggunakan sistem kolam stabilisasi dengan pegaliran secara grafitasi dengan beberapa unit pengolahan sampai Tinja yang dihasilkan masyarakat dapat dibuang ke lingkungan tetapi tetap aman dan lumpur yang dihasilkan dapat dimanfaattkan.
Adapun Fungsi dari unti-unti pengelolaan IPLT Tinja Nipa-Nipa Antang Di Kota Makassar adalah sebagai berikut :
1.      Bak penangkap Pasir
Bak penangkap pasir merupakan tempat pembuangan awal dari truk tinja yang berfungsi untuk memisahkan limbah cair dengan pasir, tanah dan sampah
2.      Imhoff tank
Imhoff tank juga merupakan tempat pembuangan tinja yang berfungsi memisahkan limbah padat dan cair. Bangunan imhoff tank bersebelahan dengan bangunan penangkap pasir, gunanya untuk mengalirkan limpur tinja dari bangunan penangkap pasir menuju kolam aerobic.
Lumpur pasir yang mengendap di imhoff tank dalam jangka 3-5 hari dibuka untuk dialirkan ke bak pengering lumpur, sedangkan cairan lumpur tinja dialirkan ke bak aerobi.
3.      Kolam Aerobik 1 dan 2
Kolam Aerobik 1 dan 2 fungsinya untuk menurunkan atau mereduksi kandungan SS, COD dan BOD yang relative tinggi dengan memanfaatkan bakteri dalam suasana bantuan oksigen, pengolahan secara aerobic akan terjadi dua proses utama penguraian bahan organic yaitu proses oksidasi dan proses fermentasi lewat enzim yang dikeluarkan olek bakteri.
Proses penguraian oleh bakteri pada kolam pertama dibiarkan selama 1 minggu dan kemudian dialirkan ke kolam kedua untuk mengalami proses penguraian yang sama.
4.      Kolam fakultatif
Kolam fakultatif berfungsi untuk menurunkan atau mereduksi kandungan SS, BOD, COD yang sedang (Kadar kandungan tidak terlalu tinggi). Kolam fakultatif merupakan kolam yang menggabungkan proses secara anaerobic dan aerobic.
Proses aerobic adalah proses kegiatan biologis yang berlangsung dengan adanya oksigen. Proses ini terjadi diatas permukaan (aerobic) sedangkan makin kedalam/ bawah dasar kolam ditempat zat padat mengendap terjadi proses anaerobic yang memanfaatkan bakteri dalam suasana tanpa oksigen.
Bakteri aerobic adalah bakteri yang dapat hidup dengan adanya oxygen, sedangkan bakteri anaerobic dapat hidup tanpa oxygen.
5.      Kolam maturasi – kolam pematangan
Kolam maturasi berfungsi mengurangi zat organic (BOD dan COD)  dengan lebih sempurna (pematangan) dari sisa kandungan zat organic dari unit kolam fakultatif. Prinsip pengolahan ini adalah bahan organic dioksidasi oleh bakteri aerobic dan fakultatif dengan menggunakan oksigen yang dihasilkan oleh alga yang tumbuh disekitar permukaan air
6.      Bak pengering lumpur (sludge dring bed)
Bak pengering lumpur berfungsi untuk menampung endapan lumpur yang berada pada unit/proses aerobic, fakultatif dan maturai sehingga dapat dikeringkan secara alami dengan bantuan sinar matahari dan angin, selain lumpur yang sudah kering dapat juga dimanfaatkan sebagai pupuk.
BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan kunjungan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Prinsip pengelolaan IPLT nipa-nipa menggunakan sistem kolam stabilisasi dengan pengaliran secara grafitasi. Pengolahan lumpur tinja merupakan pengolahan lumpur dari tangki septic yang mengandung bahan – bahan pathogen yang masih tinggi.
2.      Fungsi Unit-Unit Pengelolaan IPLT Nipa-Nipa yaitu Untuk mencegah, sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.

B.     Saran
1.       Apabila fasilitas pengolahan limbah tinja ini dibangun, sebaiknya pemerintah setempat berperan aktif mengadakan sosialisasi akan pentingnya keberadaan IPLT, sehingga diharapkan peran serta masyarakat untuk mendukung keberhasilan dari maksud dan tujuan pembangunan IPLT tersebut.
2.      Pada awal pengoperasian IPLT, debit yang masuk pada masing-masing unit belum sesuai dengan kriteria perencanaan, untuk itu perlu dilakukan pengenceran agar unit-unit tersebut tetap dapat beroperasidengan semestinya.
3.      Perlu dilakukan perawatan secara rutin terhadap IPLT sehingga proses dapat berjalan dengan semestinya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonym.2012.layanan masyarakat-IPLT Instalasi pengolahan lumpur tinja http://dkp.banyuwangikab.go.id/index.php/layanan-masyarakat/2012-05-15-02-20-16/iplt-instalasi-pengolahan-lumpur-tinja. (Di akses pada tanggal 08 juni 2015)
Hakim, L., 2000.  ” Evaluasi Pengelolaan IPAL Sewon Bantul ”.  Tugas Hukum Lingkungan.  UGM.  Yogyakarta.
Rao, A.V., and Bhole, A.G., 2001.  ” A Low-Cost Technology for The Treatment of Wastewater ” Water Research Journal, pp. 38.
Oktavia Dwi.2011. Instalasi Pengolahan Air Limbah IIPAL   https://dwioktavia.wordpress.com/2011/04/14/%E2%80%9Cinstalasi-pengolahan-air-limbah-ipal%E2%80%9D/(Di akses pada tanggal 08 juni 2015)
BAPEDAL.  2001.  ” Program Kali Bersih (PROKASIH)”.  Yogyakarta.
Dinas Pekerjaan Umum DIY.  2002.  “ Brosur IPAL Sewon Bantul ” .  Yogyakarta.
https://www.scribd.com/doc/54521133/MAKALAH-TINJA