KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas petunjuknya kami dapat menyelesaikan Makalah sesuai dengan tugas yang
diamanahkan kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan secara
tuntas. Dan tentunya dengan karunia-nya jualah penulis dapat menyelesaikan
tepat pada waktunya.
Shalawat beriring salam tak puas - puasnya kita
kirimkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW, karena hanya dengan
petunjuknya dan segala usaha upaya beliau, kita dapat rasakan kehidupan yang
berbudaya, beraturan dan menjadikan kita makhluk yang lebih mulia dihadapan
tuhan.
Harapan saya semoga makalah dengan judul “Kunjungan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Nipa-nipa Antang” ini membantu saya
dalam panunjang penilaian dalam mata kuliah PAPLC-B ini, agar menjadi lebih
baik.
Makalah ini saya akui masih banyak
kekurangan. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para dosen, dan teman sekalian
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini, sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Wassalamualaikum wr.wb
Makassar, 08
Juni 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman judul ......................................................................................................................... i
Kata pengantar ........................................................................................................................ ii
Daftar isi .................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
A. Latar belakang.............................................................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................................................... 2
C. Manfaat........................................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 4
A. Pengertian Tinja............................................................................................................ 4
B. Pengertian IPAL.......................................................................................................... 7
C. Tujuan pengolahan lumpur tinja................................................................................... 7
D. Teknologi pengolahan lumpur tinja.............................................................................. 8
E. Pengelolaan pembuangan kotoran tinja........................................................................ 9
F. Metode pengelolaan tinja............................................................................................. 10
G. Pemanfaatan kotoran tinja............................................................................................ 14
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM........................................................................... 17
A. Jenis Praktikum............................................................................................................ 17
B. Waktu dan Lokasi Praktikum....................................................................................... 17
C. Pelaksanaan Praktikum................................................................................................. 17
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................................... 18
A. Gambaran Umum Instalasi pengelolaan
lumpur tinja (IPLT)....................................... 18
B. Kondisi Geografis........................................................................................................ 18
C. Sistem Instalasi Pengelolaan Lumpur
Tinja (IPLT) Nipa – Nipa Antang.................... 19
D. Fungsi Unit-Unit Pengelolaan IPLT Nipa-Nipa........................................................... 21
BAB V PENUTUP................................................................................................................. 23
A. Kesimpulan................................................................................................................... 23
B. Saran............................................................................................................................. 23
Daftar pustaka.......................................................................................................................... 24
Lampiran ................................................................................................................................. 25
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat.
Banyak aspek kesehatan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit
dapat dimulai, didukung, ditopang atau dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan.
Bagi pengusaha yang belum sadar terhadap akibat buangan mencemarkan lingkungan,
tidak punya program pengendalian dan pencegahan pencemaran. Oleh sebab itu
bahan buangan yang keluar dari pabrik langsung dibuang ke alam bebas.
Limbah membutuhkan pengolahan bila ternyata mengandung senyawa pencemaran
yang berakibat menciptakan kerusakan terhadap lingkungan atau paling tidak
potensial menciptakan pencemaran. Suatu perkiraan harus dibuat lebih dahulu
dengan jalan mengidentifikasi:sumber pencemaran, kegunaan jenis bahan, sistem
pengolahan,banyaknya buangan dan jenisnya, kegunaan bahan beracun dan berbahaya
yang terdapat dalam pabrik. Dengan adanya perkiraan tersebut maka program
pengendalian dan penanggulangan pencemaran perlu dibuat. Sebab limbah tersebut
baik dalam jumlah besar atau sedikit dalam jangka panjang atau jangka pendek
akan membuat perubahan terhadap lingkungan, maka diperlukan pengolahan agar
limbah yang dihasilkan tidak sampai mengganggu struktur lingkungan.
Kotoran manusia (tinja) adalah semua
benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari
dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk
tinja (faeces), air seni (urine), dan CO2 sebagai hasil dari proses
pernapasan.Saat ini akses masyarakat terhadap sarana sanitasi khususnya jamban,
masih jauh dari harapan. Berbagai kampanye dan program telah
banyak dilakukan, terakhir dengan pemberlakuan program Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM). Berbagai upaya tersebut sebetulnya bermuara pada
terpenuhinya akses sanitasi masyarakat, khususnya jamban. Namun akses tersebut
selain berbicara kuantitas yang terpenting adalah kualitas. Berdasarkan hasil
penelitian yang ada, seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja
rata-rata sehari 970 gram dan menghasilkan air seni 970 gram. Jadi bila
penduduk Indonesia dewasa saat ini 200 juta maka setiap hari tinja yang
dikeluarkan sekitar 194.000 juta gram (194.000 ton).
Maka bila pengelolaan tinja tidak
baik, jelas penyakit akan mudah tersebar. Dengan bertambahnya penduduk yang
tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia
meningkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran
manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi.Kurangnya
perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya pertambahan
penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui tinja. Karena kotoran manusia (feses) adalah sumber
penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada
feses dapat melalui berbagai macam jalan atau cara.
Oleh karena itu, Dengan banyaknya
masalah yang terjadi di masyarakat. Maka, pada makalah ini akan dibahasa
mengenai proses pengolahan tinja.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sistem Instalasi
Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT) Nipa – Nipa Antang
2. Untuk
mengetahui Fungsi Unit-Unit Pengelolaan IPLT Nipa-Nipa Antang
C.
Manfaat
1. Manfat bagi pembaca :
Makalah ini diharapakan dapat
memberikan informasi bagi para pembaca atau masyarakat mengenai proses
pengolahan tinja, sehingga dapat mencegah terjadinya hal yang tidak di inginkan
seperti terjadinya penyakit typhus, muntaber, disentri,
cacingan dan gatal-gatal
2. Manfaat bagi penulis :
Makalah ini dapat menambah
pengetahuan bagi penulis mengenai Proses pengolahan tinja. Sehingga dapat
mengasah kemampuan penulis dalam membuat makalah-makalah lain yang dapat
memberikan informasi kepada masayarakat tentang permasalahan-permasalahan yang
ada di lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Tinja
Tinja
merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi olehtubuh yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakansalah satu sumber
penyebaran penyakit yang multikompleks. Orang yangterkena diare, kolera dan
infeksi cacing biasanya mendapatkan infeksi inimelalui tinja (faeces). Seperti
halnya sampah, tinja juga mengundangkedatangan lalat dan hewan-hewan lainnya.
Lalat yang hinggap di atas tinja(faeces) yang mengandung kuman-kuman dapat
menularkan kuman-kumanitu lewat makanan yang dihinggapinya, dan manusia lalu
memakan makanantersebut sehingga berakibat sakit. Beberapa penyakit yang dapat
disebarkanakibat tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera,
bermacam-macamcacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan
sebagainya.
Sumber Tinja
Ø Manusia
sebagai Individu
Manusia
sebagai individu dalam hal ini adalah seorang manusia yang hidup sendiri dalam
suatu tempat tinggal terpisah dari individu yang menempati tempat tinggal lain,
atau kelompok manusia yang satu individu dengan individu lainnya terikat dalam
satu hubungan kekeluargaan atau kekerabatan yang menempati satu tempat
tinggalsebagai satu keluarga. Tinja yang dihasilkan dari sumber ini
biasanyaditangani secara perorangan oleh individu atau keluarga yang
bersangkutan dengan menggunakan sarana pembuangan tinja berupa jamban
perorangan atau jamban keluarga.
Ø Manusia
sebagai Kelompok
Manusia
sebagai kelompok adalah kumpulan manusia yang bertempat tinggal di satu wilayah
geografis dengan batas-batas tertentu.Individu dalam kelompok terikat oleh satu
hubungan kemasyarakatanyang memiliki norma kelompok yang disepakati bersama.
Masalah penanganan tinja pada kelompok ini sering bersifat sangat
kompleks.Berbagai faktor penyebab, yaitu keterbatasan penyediaan
lahan,kepentingan yang berbeda antara individu, faktor sumber daya, faktor
fisibilitas pengelolaan dan sebagainya sangat menentukan keberhasilan
penanganan tinja dari manusia sebagai kelompok ini. Penanganan tinjadari
manusia sebagai kelompok biasanya dilakukan secara kolektif dengan menggunakan
jamban umum.
Dekomposisi
Tinja
Tinja
dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai mengalami penguraian
(decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan yang stabil,
tidak berbau, dan tidak mengganggu.
Aktifitas
utama dalam proses dekomposisi adalah :
1. Pemecahan
senyawa organic kompleks, seperti protein dan urea, menjadi bahan yang lebih
sederhana dan lebih stabil.
2. Pengurangan
volume dan massa (kadang ± kadang sampai 80%) dari bahan yang mengalami
dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbondioksida, amoniak, dan nitrogen yang
dilepaskan ke atmosfer;Bahan ± bahan yang terlarut yang dalam keadaan tertentu
meresapkedalam tanah di bawahnya; dan
3. Penghancuran
organisme pathogen yang dalam beberapa hal tidak mampu hidup dalam proses
dekomposisi, atau diserang oleh banyak
jasad renik didalam massa yang tengah mengalami dekomposisi.
Bakteri memegang peranan penting dalam
dekomposisi. Aktifitas bakteri dapat berlangsung dalam suasana aerobik, yakni
dalam keadaanterdapat udara, atau anaerobic dalam keadaan tidak terdapat
oksigen. Seluruh proses dapat berlangsung secara anaerobik, seperti yang
terjadi pada kakusair (aqua privy), tangki pembusukan (septic tank), atau pada
dasar lubangyang dalam; atau secara aerobik, seperti pada dekomposisi
tertentu.Disamping itu, dekomposisi dapat terdiri lebih dari satu tahap,
sebagianaerobic dan sebagian lainnya anaerobik, tergantung pada kondisi fisik
yang ada. Sebagai contoh, proses
anaerobik berlangsung dalam tangki pembusukan, efluen cair meresap kedalam
tanah melalui saluran peresapandan meninggalkan banyak bahan organik pada
lapisan atas tanah. Bahanorganik itu diuraikan secara aerobic oleh bakteri saprofit
yang mampumenembus tanah sampai sedalam 60cm.
Proses dekomposisi berlangsung pada
semua bahan organic mati yang berasal dari tumbuhan atau hewan, terutama pada
komponen nitrat, sulfat,atau karbonat yang dikandungnya. Pada kotoran manusia
yang merupakancampuran tinja dan air seni yang relative kaya akan senyawa
nitrat, prosesdekomposisi terjadi melalui siklus nitrogen. Pada siklus ini,
pertama ± tama,senyawa dipecahkan menjadi amonia dan bahan sederhana
lainnya.Kemudian, diubah oleh bakteri nitrit (nitrifying bacteria) menjadi
nitrit dannitrat. Bau merangsang yang timbul selama dekomposisi air seni
disebabkanoleh amonia yang tetrlepas sebelum berubah menjadi bentuk yang
lebihstabil. Dekomposisi dapat berlangsung sangat cepat, dari beberapa hari
padadekomposisi mekanis yang sangat terkendali sampai dengan beberapa bulan,
bahkan hamper satu tahun pada kondisi rata ± rata lubang jamban.
Pada umunya, kondisi yang terjadi pada
dekomposisi tinja tidak menguntungkan bagi kehidupan organism pathogen. Bukan
hanya karenatemperatur dan kandungan airnya yang menghambat pertumbuhan
organisme pathogen itu, melainkan kompetisi antara flora bakteri dan protozoa,
yang bersifat predator dan merusak. Pathogen cenderung cepat mati apabila
produk akhir dekomposisi yang berbentuk seperti humus itu di hamparkan diluar
danmengering. Bakteri pathogen tidak dapat hidup lebih lama dari 2 bulan
padaisi lubang jamban yang dibiarkan begitu saja. Telur cacing tambang
akantetap hidup lebih lama, tergantung pada kelembaban dan temperature udara,smapai
5 bulan pada iklim dingin, dan lebih pendek waktunya pada kondisitropis. Mereka
bahkan menetas dalam kondisi ada udara, dan akanmenghasilkan larva yang dapat
hidup selama beberapa minggu pada tanahyang lembab dan berpasir. Telur ascaris
dapat hidup 2 atau 3 pekan dalam bahan yang terdapat pada lubang jamban.
Hasil akhir proses dekomposisi
mengandung nutrient tanah yang bermanfaat dan dapat memberikan keuntungan bila
digunakan sebagia pupuk penyubur tanaman
(fertilizer). Kadang ± kadang petani mengeluh karenasedikitnya kandungan
nitrogen pada tinja yang telah memngalamidekomposisi. Tinja segar memang
mengandung lebih banyak bahan nitrogen,namun bahan itu tidak dapat digunakan
oleh tanaman pada susunan nya yangasli. Tanaman hanya dapat menggunaan nitrogen
sebagia amonia, nitrit, atuanitrat yang mana dihasilkan selama dekomposisi
tahap lanjutan. Bila tinjasegar dihamparkan diatas tanah, kebanyakan nitrogen
akan berubah menjadi bahan padat yang menguap ke udara sehingga tidak dapat
dimanfaatkan oleh tanaman.
B. Pengertian
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Instalasi
pengolahan lumpur tinja (IPLT) adalah instalasi pengolahan air limbah yang
didesain hanya menerima lumpur tinja melalui mobil (truk tinja). Lumpur tinja
diambil dari unit pengola limbah tinja seperti tangki septik dan cubluk tunggal
ataupun endapan lumpur dari underflow unit pengolahan air limbah lainya. IPLT
dirancang untuk mengolah lumpur tinja sehingga tidak membahayakan bagi
kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
C.
Tujuan Pengolahan Lumpur Tinja
Pengolahan lumpur tinja dilakukan dengan tujuan utama, yaitu :
1.
Menurunkan kandungan zat organik dari dalam
lumpur tinja.
2.
Menghilangkan atau menurunkan kandungan
mikroorganisme patogen (bakteri, virus, jamur dan lain sebagainya)
D. Teknologi
Pengolahan Lumpur Tinja
Teknologi
yang umum digunakan untuk mengolah lumpur tinja di Indonesia adalah kombinasi
tangki imhoff dan kolam stabilisasi atau hanya menggunakan kolam stabilisasi
saja. Jenis dan fungsi unit-unit pengolahan yang digunakan pada IPLT yaitu :
1.
Unit Pengumpul (equalizing
unit)
Tangki
ekualisasi berfungsi untuk menghomogenkan lumpur tinja yang masuk ke IPLT,
mengingat karakteristik lumpur tinja yang tidak selalu seragam antar tangki
septik.
2.
Tangki
imhoff
Tangki imhoff adalah bangunan konstruksi dari beton
bertulang kedap air berfungsi untuk menurunkan kebutuhan oksigen biokimia dan suspended
solid, serta
pembusukan dari lumpur yang terendapkan dari efluen lumpur tinja bak pengumpul.
Di dalam tangki imhoff terjadi proses pengendapan dan
pencernaan secara anaerobik, melalui zona sedimentasi, zona netral dan zona
lumpur.
3.
Kolam
Anaerobik
Kolam ini beroperasi tanpa adanya oksigen terlarut karena beban
organik masih sangat tinggi, sehingga bakteri membutuhkan banyak oksigen untuk
menguraikan limbah organik.
4. Kolam fakultatif
Di dalam sistem kolam fakultatif, air limbah berada pada kondisi
aerobik dan anaerobik pada waktu yang bersamaan. Zona aerobik terdapat pada
lapisan atas atau permukaan sedangkan zona anaerobik berada pada lapisan bawah
atau dasar kolam. Waktu tinggal di dalam kolam fakultatif 6-10 hari.
5. Kolam maturasi
Tahap terakhir dari kolam stabilisasi adalah kolam maturasi atau
disebut juga kolam pematangan. Menghitung jumlah bakteri coliform di
kolam maturasi
6. Bak pengering lumpur
Bak pengering lumpur berfungsi untuk mengeringkan lumpur yang
dihasilkan dari kolam anaerobik, kolam fakultatif dan kolam maturasi. Lamanya
waktu yang diperlukan untuk mengeringkan lumpur antara 1-2 minggu, tergantung
pada ketebalan lumpur yang tertampung.
E. Pengelolaan Pembuangan Kotoran
Tinja
Untuk mencegah, sekurang-kurangnya
mengurangi kontaminasi tinjaterhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia
harus dikeloladengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat
tertentuatau jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah
pedesaan apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
a. Tidak
mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.
b. Tidak
mengotori air permukaan di sekitarnya.
c. Tidak
mengotori air tanah di sekitarnya.
d. Tidak
dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang - binatang
lainnya.
e. Tidak
menimbulkan bau.
f. Mudah
digunakan dan dipelihara (maintenance).
g. Sederhana
desainnya.
h. Murahi.
i.
Dapat diterima oleh pemakainya.
Agar persyaratan - persyaratan ini dapat dipenuhi maka perludiperhatikan
antara lain sebagai berikut :
-
Sebaiknya jamban tersebut tertutup,
artinya bangunan jamban terlindungdari panas dan hujan, serangga dan
binatang-binatang lain, terlindungdari pandangan orang (privacy) dan
sebagainya.
-
Bangunan jamban sebaiknya mempunyai
lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat, dan sebagainya.
-
Bangunan jamban sedapat mungkin
ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau,
dan sebagainya.
-
Sedapat mungkin disediakan alat
pembersih seperti air atau kertas pembersih.
F.
Metode
Pengelolaan Tinja
a. Memisahkan
Sampah/Kotoran dari Lumpur Tinja
Lumpur
tinja (septage) yang diambil dari dasar tangki septik dirumah kita. Warnanya
hitam, baunya sangat menyengat, menyerupaitelur busuk, karena didalamnya
terkandung banyak gas Hidrogen Sulfida(H2S), dan gas lainnya yang
terkandung dalam lumpur tinja tersebut.Apabila ditempatkan dalam bentuk lapisan
titpis diatas dasar padat yang poreous. Seperti lapisan pasir padat, misalnya,
maka air yangdikandungnya dapat diserap oleh dasar poreous tersebut dan lumpur
tinjaini dapat dikeringkan. Tetapi mengingat baunya yang tidak sedap,
sangatmengganggu lingkungan maka sebelum dikeringkan, lumpur tinja iniharus
diolah lebih lanjut dalam Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Jangan
dibuang langsung ke sungai karena akan menimbulkan pencemaran lingkungan yang
lebih parah, dan menimbulkan bakteri pathogen ke mana-mana.
Lumpur
tinja yang disedot oleh truk tinja, banyak mengandungsampah padat lainnya yang
dibuang kedalam lubang kakus sehinggasesampainya di IPLT, perlu dilewatkan
saringan berjeruji besi, agar sampah dan kotoran lain dapat dipisahkan
tersendiri. Banyak tipesaringan, yang diperlengkapi dengan alat mekanis yang
bergerak otomatis
mengeruk
sampah yang tersangkut pada jeruji besi tersebut, atau yangsecara
mekanis/elektris, menghancurkan sampah tersebut (³comminutor´)dengan gerakan
seperti mengunyah makanan. Untuk pemakaian diIndonesia, sebaiknya digunakan
saja saringan dengan pembersih sampahsecara manual.
b. Mengolah
Lumpur
Karena
lumpur akan memasuki perpipaan, pompa lumpur, dll,maka dilakukan upaya untuk
memeperlancarkan jalannya lumpur didalammenjalani proses selanjutnya.
Karaktristik lumpur dibuat lebih ´uniform´,sama jenis, lembut, agar tidak
menyumbat peralatan instalasi. Beberapa proses ini biasanya berhasil baik :
-
Sludge Grinding, dengan peralatan
mekanis bongkahan lumpur yang besar atau panjang dipotong menjadi partikel
kecil, atau digerus.Jangan sampai lumpur ini menyumbat atau merangkak didalam
pipa, pompa, dll.
-
Sludge Blending, mencampur
bermacam-macam komposisi lumpur yang terdiri dari endapan kimiawai atau
biologi, menjadi suatuadukan yang uniform, agar memudahkan aliran bagian hilir
instalasi.Apalagi kalau lumpur ini harus mengalami suatu ³waktu inap´
yangtertentu. Adukan yang uniform memudahkan terselenggaranyaoperasional ini.
c. Proses
Stabilisasi Lumpur
Lumpur
diproses lebih lanjut dengan melakukan stabilisasi, agar volumenya menyusut
(reduksi), mengalami stabilisasi dan masa lumpur menjadi berkurang. Beberapa
proses dibawah ini dapat meningkatkankualitas lumpur karena : (i). Bakteri
pathogen berkurang jumlahnya (ii).Bau yang menyengat bisa berkurang (iii).
Mencegah, dan mengurangi potensi pembusukan. Keberhasilan untuk mencapai ketiga
tujuan diatas,tergantung pada proses stabilisasi yang dilakukan terhadap bagian
zat organik dari lumpur yang mudah menguap (³volatile´). Kalaumikroorganisme
dibiarkan mengerumuni bagian zat organik dari lumpur yang diolah, maka stabilisasi,
boleh dikatakan kurang berhasil.Secara nyata dapat dikatakan, bahwa suatu
proses stabilisasi merupakan upaya untuk melakukan
-
Reduksi secara biologis terhadap kadar
zat organik volatile
-
Oksidasi secara kimiawi terhadap bahan
volatile yang adadalam lumpur
-
Penambahan zat kimia tertentu untuk
menciptakan kondisidimana mikroorganisme tidak memiliki ketahanan untuk hidup
lagi, sehingga akan mati dan berkurang jumlahnya
-
Pemanasan terhadap lumpur tersebut,
sebagai langkahuntuk sterilisasi/disinfectant
Didalam prakteknya, proses stabilisasi
dilakukan dengan berbagaicara seperti :
-
penambahan kapur tohor, dengan
membubuhkan kapur tohor kedalam lumpur, agar tercipta lingkungan yang tidak
kondusif untuk ketahanan hidup dari mikroorganisme. Dengan demikian pHdiharapkan
mencapai angka 12 atau lebih. Bilamana pH dapatdipertahankan pada tingkatan
ini, maka lumpur tidak akanmembusuk, dan tidak menimbulkan bau menyengat, serta
tidak mengganggu kesehatan.
-
pemanasan dimana lumpur dipanaskan
sampai 260oC, pada tekanansekitar 2760 kN/m2, untuk jangka pendek
(misalnya 30 menit).Dengan demikian aktivitas panas yang ditimbulkannya
melepakanair yang terikat dalam lumpur dan menimbulkan koagulasi zat padatnya.
Selain itu terjadi juga hidrolisis terhadap bahan protein,sehingga sel
mengalami kehancuran, dan menimbulkan senyawaorganik dan ammonia nitrogen.
-
anaerobic digestion, melakukan
penguraian bahan organik dananorganik tanpa kehadiran molekul zat asam. Dalam
hal ini bahan organik dirubah secara biologis dalam kondisi anaerobik menjadi
gasmethan (CH4), dan zat asam arang (CO2). Dengan
demikian zatorganik berkurang jumlahnya, bakteri yang patogen juga
semakinhilang, dan lumpur tidak bisa membusuk lagi.
-
composting merupakan suatu proses dimana
bahan organik mengalami proses penguraian secara biologis, menjadi suatu produk
yang lebih stabil, tidak berbau, hygienic, dan berbentuk menyerupaihumus.
Sekitar 20 sampai 30 persen dari bahan yang mudahmenguap volatile dirubah
menjadi karbondioksida dan air. Panasyang ditimbulkan selama proses ini bisa
mencapai 50 sampai 70derajad Celcius, sehingga mematikan organisme enteric
pathogenic.
d. Proses
Pemisahan Kandungan Air dalam Lumpur
Setelah
lumpur menjadi stabil, maka diupayakan untuk memisahkan kandungan air agar
keluar dari lumpur tersebut. Adapun carayang dipergunakan tergantung pada
kondisi setempat, yaitu:
o
thickening (concentration), menggunakan
peralatan mekanik untuk menekan, memutar, atau menyembuhkan udara sehingga
lumpur mengapung di atas air dan dipisahkan tersendiri.
o
Conditioning, dengan membubuhkaan zat
kimia (besi klorida, kapur, polimer organik), atau memanaskan lumpur pada
tekanan tertentudalam waktu yang relatif pendek, sehingga lumpur
mengalamikoagulasi, dan airnya terpisah. Pengeringan lumpur yang
dilakukandengan bantuan panas matahari, atau sumber panas lainnya.
o
Dewatering, bisa dilakukan dengan udara
vakum yang bisamemisahkan air dari lumpur, putaran sentrifugal, sehingga
airnyaterlontar meninggalkan lumpur oleh gaya yang ditimbulkannya. Bisa juga
lumpur dihimpit diantara dua buah silinder yang berputar,sehingga airnya
keluar.
o
Sludge Drying Bed, mengeringkan lumpur
yang dituangkan ratadiatas pelataran yang luas, sehingga sinar matahari
menguapkan airnya. Cara ini termasuk murah, hanya memerlukan sedikit perhatian
dari operator, dan menghasilkan zat padat yang terbanyak.
G.
Pemanfaatan
Kotoran Manusia
1. Pemanfaatan kotoran manusia sebagai
pupuk tanaman
Kotoran manusia bukanlah limbah tak berguna. Sebuah lembaga
organik Inggris menyatakan kotoran manusia dapat memainkan peran penting dalam
mengamankan ketahanan pangan masa depan, misalnya membantu mencegah menurunnya
hasil panen tanaman pangan, seperti gandum, yang sangat membutuhkan pupuk
fosfor. "Diperkirakan hanya 10 persen dari 3 juta ton fosfor yang
dikeluarkan oleh populasi manusia di dunia setiap tahun yang kembali ke tanah
pertanian,* kata Asosiasi Pertanahan,badan sertifikasi organik terbesar di
Inggris.
Suplai
fosfor yang cukup sangat penting bagi pembentukan biji, perkembangan akar, dan
pematangan tanaman. Dulu, penduduk Eropa mengembalikan fosfor ke lahan
pertanian melalui pemupukan menggunakan kotoran ternak dan manusia. Laporan
Asosiasi Pertanahan meminta dilakukannya perubahan regulasi Uni Eropa agar
mengizinkan penggunaan endapan pengolahan limbah, atau blosolid, pada lahan
pertanian organik bersertiflkasi. Regulasi ini melarang penggunaan biosolid
pada lahan pertanian organik karena dikhawatirkan ada efek racun dari logam
berat yang disebabkan oleh kombinasi limbah kotoran manusia dengan produk
limbah lain, semisal sampah pabrik.
2. Pemanfaatan kotoran manusia menjadi
biogas
Biogas adalah suatu campuran gas-gas yang dihasilkan dari
suatu proses fermentasi bahan organik oleh bakteri dalam keadaan tanpa oksigen
atau anaerobik (Sahidu, 1983). Biogas adalah gas yang dapat terbakar dari hasil
fermentasi bahan organik yang berasal dari daun-daunan, kotoran hewan/manusia,
dan lain-lain limbah organik yang berasal dari buangan industri oleh bakteri
anaerob (Wijayanti, 1993).
Biogas adalah bahan bakar berguna yang dapat diperoleh dengan
memproses limbah (sisa) pertanian yang basah, kotoran hewan dan manusia atau
campurannya, di dalam alat yang dinamakan penghasil biogas (Harahap dkk, 1980).
Menurut Polprasert (1985), kandungan biogas tergantung dari beberapa faktor
seperti komposisi limbah yang dipakai sebagai bahan baku, beban organik dari
digester, dan waktu serta temperatur dari penguraian secara anaerobik. Walaupun
terdapat variasi dalam kandungan biogas,Kandungan bahan organik di dalam limbah
pertanian cukup besar, apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan
berbagai masalah kesehatan dan estetika.
Bahan organik terdiri dari senyawa-senyawa karbon, hidrogen,
oksigen, dan nitrogen, kadang senyawa sulfur, fosfor dan lain-lain.Kadar dan
jenis bahan yang dapat menurunkan kualitas atau mencemarkan lingkungan sangat
bervariasi tergantung dari jenis hasil pertanian itu sendiri namun secara garis
besar, dapat dinyatakan bahwa limbah hasil pertanian mudah terurai secara
biologis di alam (biodegradable) (Tugaswati dan Nugroho 1985).Tinja dan urin
manusia tergolong bahan organik merupakan hasil sisa perombakkan dan penyerapan
dari sistem pencernaan. Berdasarkan kapasitas manusia dewasa rataan hasil tinja
0,20 kg/hari/jiwa (Sugiharto 1987). Sama halnya dengan limbah organik lain, limbah
manusia dapat digunakan sebagai sumberdaya yang masih jarang diungkapkan.
Nutrisi kotoran manusia tidak jauh berbeda dibanding kotoran ternak.Kalaupun
berbeda tentu akibat pola makan dan sistem pencernaan yang berbeda.Pola makan
manusia lebih banyak memilih bahan makanan kurang berserat, protein lebih
tinggi dan umumnya dimasak sebelum dikonsumsi, sedangkan ternak sebaliknya.
Kotoran manusia memiliki keunggulan dari segi nutrisi, dimana nisbah karbon (C)
dan nitrogen (N) jauh lebih rendah dari kotoran ternak (C/N rasio 6-10:18-30)
(Sihombing 1988)
Tinja
berasal dari sisa metabolisme tubuh manusia yang harus dikeluarkan agar tidak
meracuni tubuh. Keluaran berupa feses bersama urin biasanya dibuang ke dalam
tangki septik. Lumpur tinja/night soil yang telah memenuhi tangki septik dapat
dibawa ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja.Komposisi dan volume lumpur tangki
septik tergantung dari faktor diet, iklim dan kesehatan manusia.
3. Pemanfaatan Pengolahan Jamban
Pupuk (the Compost Privy)
Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya
lebih dangkal galiannya. Disamping itu jamban ini juga untuk membuang kotoran
binatang dan sampah, daun-daunan. Prosedurnya adalah sebagai berikut :
-
Mula-mula
membuat jamban cemplung biasa.
-
Dilapisan
bawah sendiri, ditaruh sampah daun-daunan.
-
Diatasnya
ditaruh kotoran dan kotoran biinatang (kalau ada) tiap-tiap hari.
-
Setelah
kira-kira 20 inchi, ditutup lagii dengan daun-daun sampah, selanjutnya ditaruh
kotoran lagi.
-
Demikian
seterusnya sampai penuh.
-
Setelah
penuh ditimbun tanah dan membuatt jamban baru.
-
Lebih
kurang 6 bulan kemudian dipergunakkan pupuk tanaman
BAB
III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
A.
Jenis Praktikum
Jenis praktikum yang dilakukan pada
tugas Mata Kuliah Penyehatan Air dan Pengolahan Limbah Cair-B adalah dengan cara
Observasi.
B.
Waktu dan Lokasi praktikum
Hari / tanggal :
Jumat, 22 Mei 2015
Waktu :
08.00 - selesai
Lokasi : IPLT Di desa Nipa-Nipa, Kecamatan Manggala,
Kota Makassar
C.
Pelaksanaan praktikum
Pelaksanaan praktikum ini dilakukan dengan cara pengamatan
langsung pada Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT).
BAB
IV
PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Instalasi pengelolaan
lumpur tinja (IPLT)
Instalasai IPLT yang terletak di
kota Makassar sebanyak 1 unit dengan kapaitas pengolahan sebesar 100
M3/hari terletak di desa Nipa-Nipa, Kecamatan Manggala, Instalasi IPLT
ini dibangun tahun 1990. Terletak kurang lebih 20 km dari pusat kota Makassar.
B.
Kondisi Geografis
Kota Makassar saat ini sudah
mempunyai sistem pembuangan air limbah terpusat berupa bangunan instalasi
pengolahan lumpur tinja (IPLT) yang terletak di Kecamatan Manggala berjarak ±
14 Km dari pusat kota dengan luas lahan 10.000 m2. Luas lahan yang
terbangun baru sekitar 2.181,33 m2 atau 21,8% dari total luas lahan
yang ada.
Berikut
disajikan luas jenis bangunan IPLT pada lahan yang ada.
Jumlah armada yang dimiliki oleh Dinas Kebersihan
Kota Makassar untuk
pengoperasian IPLT ada 8 unit yang
terdiri dari :
-
2 unit Toyota Dyna Rino (1986)
-
2
unit Toyota Dyna Rino (1983)
-
1
unit Daihatsu (1996)
-
3 unit Toyota Dyna Rino (1999)
Berdasarkan
data dan hasil studi optim alisasi prasarana IPLT dengan peningkatan peran
serta masyarakat diperoleh volume lumpur tinja yang masuk ke IPLT sebanyak 96
m3 / hari pada saat musim hujan dan 36 m3/hari pada saat musim kemarau.
C.
Sistem Instalasi Pengelolaan Lumpur
Tinja (IPLT) Nipa – Nipa Antang
Prinsip pengelolaan IPLT nipa-nipa
menggunakan sistem kolam stabilisasi dengan pengaliran secara grafitasi.
Pengolahan lumpur tinja merupakan pengolahan lumpur dari tangki septic yang
mengandung bahan – bahan pathogen yang masih tinggi.
Adapun maksud dari pengolahan ini
adalah:
-
Untuk
mendapatkan kualitas lumpur tinja tidak mencemari lingkungan jika dibawah atau
diaplikasikan ke tanah tapi sebaliknya akan menjadi pupuk.
-
Untuk
menurunkan atau mereduksi kandunhan BOD (biochemical oxygen demand), COD
(Chemical Oxygen Demand), SS ( Suspended solid) dan bakteri Coli yang dapat
meyebabkan penyakit types, cholera, disentri, diare, muntaber dan sebagainya.
-
Untuk
mendapatkan kualitas air buangan atau efluen yang dihasilkan dari pengolahan
ini bisa dibuang ke badan air dengan tidak mencemari lingkungan
Untuk menurunkan / mereduksi atau
meminimalisir kandungan bakteri – bakteri dan bahan – bahan organic yang
terkandung dalam lumpur tinja maka dibuatkan pengolahan dengan sistem kolam
stabilisasi yang terdiri dari susunan seri kolam – kolam dengan tujuan yang
berbeda-beda, mulai dari bak penangkap pasir, imhof tank, kolam aerobic 1,
kolam aerobic 2, kolam fakultatif, kolam maturai dan bak pengering lumpur
(SDB).
Tahap
– tahap yang dilakukan mulai dari proses pemisahan antara zat padat dan cair,
pengurangan SS, BOD, dan COD serta pengurangan bakteri Coli.
Diagram alir proses pengolahan lumpur tinja (IPLT) Nipa –
Nipa Antang
|
SDB
|
|
Efluent
|
|
Imhof
tank
|
|
Kolam Aerobik 1
|
|
Kolam Aerobik 2
|
|
Kolam fakultatif
|
|
Kolam Maturai
|
D.
Fungsi
Unit-Unit Pengelolaan IPLT Nipa-Nipa
Untuk
mencegah, sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan
maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya
pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.
Lumpur tinja (septage) yang diambil dari dasar tangki septik dirumah kita.
Warnanya hitam, baunya sangat menyengat, menyerupai telur busuk, karena
didalamnya terkandung banyak gas Hidrogen Sulfida(H2S), dan gas
lainnya yang terkandung dalam lumpur tinja tersebut.
Dalam
Prinsip pengelolaan IPLT Nipa-Nipa yang menggunakan sistem kolam stabilisasi
dengan pegaliran secara grafitasi dengan beberapa unit pengolahan sampai Tinja
yang dihasilkan masyarakat dapat dibuang ke lingkungan tetapi tetap aman dan
lumpur yang dihasilkan dapat dimanfaattkan.
Adapun
Fungsi dari unti-unti pengelolaan IPLT Tinja Nipa-Nipa Antang Di Kota Makassar
adalah sebagai berikut :
1. Bak
penangkap Pasir
Bak penangkap pasir merupakan tempat pembuangan awal
dari truk tinja yang berfungsi untuk memisahkan limbah cair dengan pasir, tanah
dan sampah
2. Imhoff
tank
Imhoff tank juga merupakan tempat pembuangan tinja
yang berfungsi memisahkan limbah padat dan cair. Bangunan imhoff tank
bersebelahan dengan bangunan penangkap pasir, gunanya untuk mengalirkan limpur
tinja dari bangunan penangkap pasir menuju kolam aerobic.
Lumpur pasir yang mengendap di imhoff tank dalam
jangka 3-5 hari dibuka untuk dialirkan ke bak pengering lumpur, sedangkan
cairan lumpur tinja dialirkan ke bak aerobi.
3. Kolam
Aerobik 1 dan 2
Kolam Aerobik 1 dan 2 fungsinya untuk menurunkan
atau mereduksi kandungan SS, COD dan BOD yang relative tinggi dengan
memanfaatkan bakteri dalam suasana bantuan oksigen, pengolahan secara aerobic
akan terjadi dua proses utama penguraian bahan organic yaitu proses oksidasi
dan proses fermentasi lewat enzim yang dikeluarkan olek bakteri.
Proses penguraian oleh bakteri pada kolam pertama
dibiarkan selama 1 minggu dan kemudian dialirkan ke kolam kedua untuk mengalami
proses penguraian yang sama.
4. Kolam
fakultatif
Kolam fakultatif berfungsi untuk menurunkan atau
mereduksi kandungan SS, BOD, COD yang sedang (Kadar kandungan tidak terlalu
tinggi). Kolam fakultatif merupakan kolam yang menggabungkan proses secara
anaerobic dan aerobic.
Proses aerobic adalah proses kegiatan biologis yang
berlangsung dengan adanya oksigen. Proses ini terjadi diatas permukaan
(aerobic) sedangkan makin kedalam/ bawah dasar kolam ditempat zat padat
mengendap terjadi proses anaerobic yang memanfaatkan bakteri dalam suasana
tanpa oksigen.
Bakteri
aerobic adalah bakteri yang dapat hidup dengan adanya oxygen, sedangkan bakteri
anaerobic dapat hidup tanpa oxygen.
5. Kolam maturasi – kolam pematangan
Kolam
maturasi berfungsi mengurangi zat organic (BOD dan COD) dengan lebih sempurna (pematangan) dari sisa kandungan
zat organic dari unit kolam fakultatif. Prinsip pengolahan ini adalah bahan
organic dioksidasi oleh bakteri aerobic dan fakultatif dengan menggunakan
oksigen yang dihasilkan oleh alga yang tumbuh disekitar permukaan air
6. Bak pengering lumpur (sludge dring
bed)
Bak
pengering lumpur berfungsi untuk menampung endapan lumpur yang berada pada
unit/proses aerobic, fakultatif dan maturai sehingga dapat dikeringkan secara
alami dengan bantuan sinar matahari dan angin, selain lumpur yang sudah kering
dapat juga dimanfaatkan sebagai pupuk.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kunjungan yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Prinsip pengelolaan IPLT nipa-nipa
menggunakan sistem kolam stabilisasi dengan pengaliran secara grafitasi.
Pengolahan lumpur tinja merupakan pengolahan lumpur dari tangki septic yang
mengandung bahan – bahan pathogen yang masih tinggi.
2. Fungsi
Unit-Unit Pengelolaan IPLT Nipa-Nipa yaitu
Untuk mencegah, sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap
lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik,
maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang
sehat.
B.
Saran
1. Apabila fasilitas pengolahan limbah tinja ini
dibangun, sebaiknya pemerintah setempat berperan aktif mengadakan sosialisasi
akan pentingnya keberadaan IPLT, sehingga diharapkan peran serta masyarakat
untuk mendukung keberhasilan dari maksud dan tujuan pembangunan IPLT tersebut.
2. Pada awal pengoperasian IPLT, debit
yang masuk pada masing-masing unit belum sesuai dengan kriteria perencanaan,
untuk itu perlu dilakukan pengenceran agar unit-unit tersebut tetap dapat
beroperasidengan semestinya.
3. Perlu dilakukan perawatan secara
rutin terhadap IPLT sehingga proses dapat berjalan dengan semestinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonym.2012.layanan masyarakat-IPLT Instalasi
pengolahan lumpur tinja http://dkp.banyuwangikab.go.id/index.php/layanan-masyarakat/2012-05-15-02-20-16/iplt-instalasi-pengolahan-lumpur-tinja.
(Di akses pada tanggal 08 juni 2015)
Hakim, L.,
2000. ” Evaluasi Pengelolaan IPAL Sewon Bantul ”.
Tugas Hukum Lingkungan. UGM. Yogyakarta.
Rao, A.V.,
and Bhole, A.G., 2001. ” A Low-Cost Technology for The Treatment
of Wastewater ” Water Research Journal, pp. 38.
Oktavia Dwi.2011. Instalasi Pengolahan Air Limbah
IIPAL https://dwioktavia.wordpress.com/2011/04/14/%E2%80%9Cinstalasi-pengolahan-air-limbah-ipal%E2%80%9D/(Di
akses pada tanggal 08 juni 2015)
BAPEDAL. 2001. ” Program
Kali Bersih (PROKASIH)”. Yogyakarta.
Dinas Pekerjaan Umum DIY.
2002. “ Brosur IPAL Sewon Bantul ” . Yogyakarta.
https://www.scribd.com/doc/54521133/MAKALAH-TINJA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar