Senin, 18 Mei 2015

LAPORAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN TELUR ASIN



Mata Kuliah  : PMM-B
Dosen              : Hj. Inayah, SKM.,M.Si
                  Zaenab, SKM,.M.Kes
                            Khiki Purnawati Kasim, S.ST.,M.Kes

LAPORAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN  TELUR ASIN
                                      OLEH KELOMPOK VI                                                                                Tingkat : II A
HILDAYANTI UMAR                    PO.71.3.221.13.1.021                SARMILAH                                              PO.71.3.221.13.1.043                                     NUR FITRYANA                            PO.71.3.221.13.1.034                DUHRYATY ASNIDAR             PO.71.3.221.13.1.011                                       MUH. RIVAI                                                PO.71.3.221.13.1.028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA          POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR                    JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN                                             PROGRAM STUDI D III                                                                                    2014/2015
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas petunjuknya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum sesuai dengan tugas yang diamanahkan kepada kami, sehingga laporan ini dapat terselesaikan secara tuntas. Dan tentunya dengan karunia-nya jualah penulis dapat menyelesaikan tepat  pada waktunya.
 Shalawat beriring salam tak puas-puasnya kita kirimkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW, karena hanya dengan petunjuknya dan segala usaha upaya beliau, kita dapat rasakan kehidupan yang berbudaya, beraturan dan menjadikan kita makhluk yang lebih mulia dihadapan tuhan.
Harapan saya semoga Laporan dengan judul “Pemeriksaan Telur Asin” ini membantu saya dalam panunjang penilaian dalam mata kuliah PMM-B ini, agar menjadi lebih baik.
Laporan ini saya akui masih banyak kekurangan. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para dosen, dan teman sekalian untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi laporan ini, sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Wassalamualaikum wr.wb


Makassar,  Jumat 15 Mei 2015



                                                                                    Penulis

DAFTAR ISI

Halaman judul ......................................................................................................................... i
Kata pengantar ........................................................................................................................ ii
Daftar isi .................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
A. Latar belakang.............................................................................................................. 1
B.  Tujuan .......................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 3
A.    Penggaraman................................................................................................................ 3
B.     Telur............................................................................................................................. 5
C.     Abu dan batu-bata........................................................................................................ 6
D.    Proses pembuatan telur asin......................................................................................... 6
E.     Manfaat telur asin......................................................................................................... 7
F.      Mikroorganisme............................................................................................................ 8
BAB III METODOLOGI ..................................................................................................... 11
A.    Judul praktikum............................................................................................................ 11
B.     Waktu dan tempat pelaksanaan.................................................................................... 11
C.     Pelaksanaan praktikum................................................................................................. 11
D.    Anggaran biaya............................................................................................................ 17
E.     Cara pengawetan.......................................................................................................... 17
F.      Pemeriksaan.................................................................................................................. 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................. 18     
A.    Hasil............................................................................................................................. 18
B.     Pembahasan.................................................................................................................. 20
BAB V PENUTUP................................................................................................................. 26
A.    Kesimpulan................................................................................................................... 26
B.     Saran............................................................................................................................. 26
Daftar pustaka.......................................................................................................................... 27

BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya relatif murah. Telur dapat dimanfaatkan sebagai lauk, bahan pencampur berbagai makanan, tepung telur, obat, dan lain sebagainya. Telur terdiri dari 13 % protein, 12 % lemak, serta vitamin, dan mineral. Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuning telur. Kuning telur mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti: besi, fosfor, sedikit kalsium, dan vitamin B kompleks. Sebagian protein dan semua lemak terdapat pada kuning telur. Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60 % dari seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat. Kelemahan telur yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan akibat serangan mikroorganisme melalui pori-pori telur. Oleh sebab itu usaha pengawetan sangat penting untuk mempertahankan kualitas telur.
Umumnya telur akan mengalami kerusakan setelah disimpan lebih dari 2 minggu di ruang terbuka. Kerusakan tersebut meliputi kerusakan yang tampak dari luar dan kerusakan yang baru dapat diketahui setelah telur pecah. Kerusakan pertama berupa kerusakan alami (pecah, retak). Kerusakan lain adalah akibat udara dalam isi telur keluar sehingga derajat keasaman naik. Sebab lain adalah karena keluarnya uap air dari dalam telur yang membuat berat telur turun serta putih telur encer sehingga kesegaran telur merosot. Kerusakan telur dapat pula disebabkan oleh masuknya mikroba ke dalam telur, yang terjadi ketika telur masih berada dalam tubuh induknya. Kerusakan telur terutama disebabkan oleh kotoran yang menempel pada kulit telur. Cara mengatasi dengan pencucian telur sebenarnya hanya akan mempercepat kerusakan. Jadi pada umumnya telur yang kotor akan lebih awet daripada yang telah dicuci. Penurunan mutu telur sangat dipengaruhi oleh suhu penyimpanan dan kelembaban ruang penyimpanan.
Zat gizi pada telur sangat mudah dicerna dan dimanfaatkan. Telur sangat dianjurkan untuk di konsumsi oleh anak-anak, ibu hamil dan menyusui, orang yang sedang sakit, serta para lansia. Selain itu, penyimpanan telur dalam waktu lama tanpa pengawetan dapat menurunkan bobot telur dan putih telur menjadi encer. Telur yang di awetkan dapat memperpanjang daya simpan tanpa mengurangi kadar gizinya. Salah satu cara pengawetan yang tidak merubah gizinya yaitu di asinkan.
Dalam pembuatan telur asin, telur yang biasanya di gunakan adalah telur itik karena ukuranya yang lebih besar dari pada telur ayam dan dari pada telur ayam, telur itik memiliki bau yang lebih amis.

B.     Tujuan
1.      Umum
a.       Mahasiswa dapat mengetahui proses pengolahan dan pengawetan makanan telur asin dengan menggunakan 2  perlakuan.
2.      Khusus
a.       Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan bakteriologis ( Salmonella & Angka Lempeng Total ) pada pengawetan telur asin dengan abu gosok
b.      Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan bakteriologis ( Salmonella & Angka Lempeng Total ) pada pengawetan telur asin dengan batu bata.
c.       Mahasiswa dapat mengetahui kondisi fisik telur asin selama dalam proses pengawetan.
d.      Mahasiswa dapat membandingkan pengawetan telur asin dengan abu gosok dan pengawetan telur asin dengan batu-bata


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.       Penggaraman
1.       Pengertian penggaraman
Penggaraman merupakan salah satu cara pengawetan yang sudah lama dilakukan orang. Garam dapat bertindak sebagi pengawet karena garam akan menarik air dari bahan sehingga mikroorganisme pembusuk tidak dapat berkembang biak karena menurunnya aktivitas air.
2.      Manfaat penggaraman
Manfaat dari penggaraman adalah untuk memperpanjang masa simpan dan untuk mendapatkan telur asin dengan citarasa khas. Peningkatan cita rasa pada telur dikarenakan adanya rasa masir atau berpasir yang ada di kuning telur. Rasa masir ini terbentuk karena adanya garam NaCl yang diberikan dengan lipoprotein dengan bentuk Low Density Lipoprotein ( LDL ) pada kuning telur.
3.      Proses Penggaraman
a.      Penggaraman dengan abu
Telur yang dibungkus dalam media garam dan abu akan mengalami osmosis yaitu proses perpindahan molekul zat terlarut dari konsentrasi rendah (hipotonik) ke konsentrasi lebih tinggi (hipertonik) sehingga telur menjadi asin. Berat telur akan bertambah akibat dari masuknya suatu molekul ke dalam telur, dalam hal ini air dan garam yang masuk ke dalam telur. Berat telur bertambah sedangkan volume air di abu akan berkurang, hal ini dikarenakan molekul air dan garam bergerak masuk ke dalam telur karena larutan garam lebih hipotonik dibanding isi telur yang hipertonik sehingga menyebabkan hemolysis atau masuknya molekul garam dan abu ke dalam telur, sehingga berat telur bertambah tetapi volume air berkurang.
Tekstur kuning telur pada telur asin akan berubah menjadi lebih keras karena ketika molekul air dan garam masuk ke dalam telur, maka air dan garam masuk ke putih telur karena konsentrasi putih telur lebih pekat daripada larutan  garam, tetapi perlu kita ingat bahwa masih ada kuning telur yang konsentrasinya jauh lebih pekat dibanding dengan putih telur dan larutan garam. Sehingga molekul air dan garam masuk ke kuning telur, tetapi lebih banyak garam yang masuk dibanding dengan air. Semakin lama, garam yang terdapat di dalam kuning telur akan semakin menumpuk sehingga kuning telur akan mengeras karena kelebihan mineral garam.
b.   Penggaraman dengan batu bata
      Telur yang dibungkus dalam media garam dan batu bata akan mengalami osmosis yaitu proses perpindahan molekul zat terlarut dari konsentrasi rendah (hipotonik) ke konsentrasi lebih tinggi (hipertonik) sehingga telur menjadi asin. Berat telur akan bertambah akibat dari masuknya suatu molekul ke dalam telur, dalam hal ini adonan garam ditambahkan batu bata masuk ke dalam telur.
      Berat telur bertambah sedangkan volume air di adonan batu bata akan berkurang, hal ini dikarenakan molekul air dan garam bergerak masuk ke dalam telur karena larutan garam lebih hipotonik dibanding isi telur yang hipertonik sehingga menyebabkan hemolysis atau masuknya molekul garam dan abu ke dalam telur, sehingga berat telur bertambah tetapi volume air berkurang. Tekstur kuning telur pada telur asin akan berubah menjadi lebih keras karena ketika molekul air dan garam masuk ke dalam telur, maka air dan garam masuk ke putih telur karena konsentrasi putih telur lebih pekat daripada larutan  garam, tetapi perlu kita ingat bahwa masih ada kuning telur yang konsentrasinya jauh lebih pekat dibanding dengan putih telur dan larutan garam. Sehingga molekul air dan garam masuk ke kuning telur, tetapi lebih banyak garam yang masuk dibanding dengan air. Semakin lama, garam yang terdapat di dalam kuning telur akan semakin menumpuk sehingga kuning telur akan mengeras karena kelebihan mineral garam.
B.     Telur
1.      Pengertian telur
      Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis burung, seperti ayam, bebek, dan angsa, akan tetapi telur-telur yang lebih kecil seperti telur ikan kadang juga digunakan sebagai campuran dalam hidangan (kaviar). Selain itu dikonsumsi pula juga telur yang berukuran besar seperti telur burung unta (Kasuari) ataupun sedang, misalnya telur penyu.
      Sebagian besar produk telur ayam ditujukan untuk dikonsumsi orang tidak disterilkan, mengingat ayam petelur yang menghasilkannya tidak didampingi oleh ayam pejantan. Telur yang disterilkan dapat pula dipesan dan dimakan sebagaimana telur-telur yang tidak disterilkan, dengan sedikit perbedaan kandungan nutrisi. Telur yang disterilkan tidak akan mengandung embrio yang telah berkembang, sebagaimana lemari pendingin mencegah pertumbuhan sel-sel dalam telur.
2.      Pengertian Telur asin
Telur asin adalah istilah umum untuk masakan berbahan dasar telur yang diawetkan dengan cara diasinkan (diberikan garam berlebih untuk menonaktifkan enzim perombak). Kebanyakan telur yang diasinkan adalah telur itik, meski tidak menutup kemungkinan untuk telur-telur yang lain. Telur asin baik dikonsumsi dalam waktu satu bulan (30 hari). Di Indonesia, terutama di pulau Jawa telur asin biasanya diproduksi dash telur bebek pelari (Anas platyrhynchos domesticus) yang memiliki ciri khas cangkang telur yang berwarna hijau-kebiruan.
Panganan ini bersifat praktis dan dapat dipadukan dengan berbagai masakan misalnya nasi jamblang, dan nasi lengko, bahkan dapat pula dimakan tanpa nasi. Nelayan yang melaut atau orang yang bepergian untuk waktu lama biasa membawa telur asin untuk bekal. Di Jawa Tengah, daerah Brebes dikenal sebagai penghasil utama telur asin. Industri telur asin di Brebes cukup meluas hingga tersedia berbagai pilihan kualitas telur asin. Masing-masing produsen memiliki cap sendiri-sendiri yang biasanya dapat dilihat pada kulit telur. Walaupun selera orang berbeda-beda, telur asin yang dinilai berkualitas tinggi memiliki ciri-ciri bagian kuning telur berwarna jingga terang hingga kemerahan, "kering" (jika digigit tidak mengeluarkan cairan), tidak menimbulkan bau amis, dan rasa asin tidak menyengat.
C.    Abu dan Batu Bata
1.      Pengertian Abu
Abu adalah salah satu komponen dalam analisis proksima dari material biologis, yaitu bagian yang menjadi penjumlah utama dalam persentase hasil analisis. Misalnya, abu dalam madu adalah sebesar 0,17%. Dalam hal ini, abu yang dihasilkan termasuk semua mineral yang terkandung dalam madu.
2.      Pengertian Batu  bata
Batu bata terbuat dari tanah liat yang dibakar sampai berwarna kemerah merahan. Seiring perkembangan teknologi, penggunaan batu bata semakin menurun.
D.    Proses pembuatan telur asin
  Proses pembuatan telur asin yaitu disiapkan alat dan bahan lalu Telur diamplas sampai bersih. Dimasukkan kedalam baskom abu gosok dan baskom abu batu bata dan garam lalu diaduk dan ditambahkan dengan air secukupnya sampai adonan merata, Telur asin dibalut dengan adonan dengan ketebalan 0.5 cm, 1 cm, dan 1.5 cm pada 5 butir telur, Masing-masing telur yang telah dibalut rata dengan adonan dimasukkan kedalam plastik, dan dimasukkan kedalam toples kemudian didiamkan selama 1 minggu, Setelah 1 minggu diperiksa telur asin, kemudian direbus.
  Manfaat garam pada proses pembuatan telur asin yaitu sebagai pencipta rasa asin sekaligus bahan pengawet karena dapat menghambat kerja enzim proteolitik (enzim perusak protein), menyerap air dari dalam telur, serta mengurangi kelarutan oksigen. Telur yang memiliki ketebalan 1,5 cm lebih terasa asin daripada telur yang memiliki ketebalan 0,5 dan 1,0 cm. Hal ini disebabkan oleh tingkat ketebalan pembungkus telur tersebut. Semakin tebal pembungkusnya maka, kadar garam yang menyerap pada telur semakin banyak sehingga lebih asin.
E.        Manfaat telur asin
Berikut adalah beberapa manfaat dari telu asin yaitu sebagai berikut :
1.        Kaya akan gizi
Telur asin dikenal sebagai telur yang nikmat dan mempunyai citarasa khas asin tersendiri. Tapi telur asin ini juga mempunyai kandungan gizi yang sangat lengkap bagi tubuh manusia. Telur asin ini dalah sumber protein, vitamin dan mineral yang cukup tinggi. Protein dalam telur asin juga dipercaya mengandung semua asam amino yang dibutuhkan manusia untuk hidup sehat. Menurut Prof. Made, seorang doktor di Tokyo University, kandungan kalsium dalam telur asin akan berlipat puluhan kali, karena dalam proses pembuatan telur asin menggunakan abu dan kapur. Abu dan kapur adalah sumber kalsium, ketika garam masuk ke dalam telur, kandungan kalsium pun juga ikut masuk secara perlahan menembus putih telur dan kuning telur.
2.       Kaya akan vitamin
Telur bebek asin mengandung banyak vitamin A dan B 12. Vitamin A berfungsi menjaga sel-sel dalam tubuh agar tubuh tetap sehat dan menjaga kesehatan penglihatan. Vitamin B 12 bermanfaat dalam menjaga kesehatan saraf dan meningkatkan fungsi sel darah merah. Vitamin B kompleks, vitamin D, dan vitamin E juga terkandung didalam telur asin dalam jumlah yang kecil.
3.       Bagus untuk pertumbuhan anak
Seperti yang dipaparkan diatas, telur asin mempunyai kandungan kalsium dan protein yang tinggi, serta mengandung berbagai vitamin yang menjaga agar tubuh tetap sehat. Kalsium dan protein yang tinggi akan membantu anak dalam masa pertumbuhan tulang dan kesehatannya. Sangat dianjurkan bagi para orang tua untuk menyajikan telur asin sebagai salah satu dari berbagai menu makanan yang disantap oleh anak agar dapat membantu pertumbuhan yang sehat.
4.       Membantu perkembangan kecerdasan otak
Manfaat telur asin memangtidak bisa dipungkiri keberadaannya seperti yang dipaparkan diatas. Tapi masih ada lagi, telur asin mengandung asam lemak omega 3 yang dipercaya sangat baik untuk kecerdasan otak. Selain membantu dalam pertumbuhan anak, telur asin ini juga dapat membantu perkembangan kecerdasan otak anak agar dapat berkembang dengan baik, sehat dan cerdas.
5.       Sumber energy
Kandungan lemak yang terdapat dalam telur pada umumnya terdiri dari trigliserida (lemak netral), fosfolipida dan kolesterol. Dari 1 gram lemak akan menghasilkan 9 kilo kalori energi. Trigliserida dan fosfolipida kandungan lemak yang berfungsi sebagai sumber energi tubuh.
F.        Mikroorganisme
1.      Salmonella
Bakteri patogen yang sering mengkontaminasi produk-produk olahan telur adalah bakteri Salmonella. Salmonella adalah bakteri yang dapat menyebabkan infeksi gastrointestinal atau lebih dikenal sebagai salmonellosis.
Produk-produk olahan telur secara tradisional, misalnya telur asin mempunyai mutu mikrobiologi yang berbeda dibandingkan dengan produk olahan telur lainnya. Pada telur asin kemungkinan masih terdapat mikroorganisme bersifat halofilik atau tahan garam karena pengolahannya digunakan garam dalam konsentrasi  yang tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme antara lain :
·            Suplai zat gizi
·            Waktu inkubasi
·            Suhu inkubasi
·            pH inkubasi
·            Aktivitas air
·            Ketersediaan oksigen
Salmonella mempunyai sifat dapat menembus kulit telur. Hal ini penting untuk diketahui karena selain pada kulit telur, Salmonella juga dapat mengkontaminasi bagian dalam dari telur. Terdapat 12,4% infeksi Salmonella pada kulit telur, 11% infeksi Salmonella pada bagian dalam telur, dan 0,2% infeksi Salmonella pada kedua bagian telur.  Perkembangan Salmonella hanya akan terjadi ketika terdapat perubahan permeabilitas membran vitellin dimana agen akan mengkontaminasi kuning telur. Ketika hal ini terjadi, maka dapat ditemukan banyak Salmonella pada albumin dan kuning telur. Perubahan permeabilitas membran vitellin dipengaruhi oleh suhu. Telur yang disimpan pada suhu 20oC, invasi kuning telur jarang terjadi sampai telur disimpan 3 minggu atau lebih. Namun pada suhu 30oC (suhu rata-rata dalam dapur), Salmonella berkembang biak sangat cepat di dalam telur.
Pada percobaan beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain:
·         Suplai zat gizi,. Glukosa akan digunakan Salmonella sebagai sumber karbon dan energi, Tripton sebagai sumber nitrogen sehingga Salmonella mengubah nitrat menjadi nitrit, dan ekstrak khamir/ekstrak yeast sebagai sumber asam amino dan vitamin.
·         Waktu inkubasi, waktu inkubasi yang digunakan 24-36 jam. Waktu ini dianggap cukup untuk menunggu pembelahan sel dan pembentukan koloni.
·         Suhu inkubasi, salmonella akan aktif pada suhu 12-150C dan akan tumbuh baik pada sekitar suhu kamar yaitu 30oC. Digunakan suhu 37oC agar pertumbuhan bakteri lebih optimal sehingga bisa cepat membentuk koloni.
·         PH inkubasi, PH optimum pertumbuhan bakteri sekitar 6,5-7,5. PH ekstrim yaitu dibawah 5 dan di atas 8,5 akan mengganggu pertumbuhan bakteri.
·         Aktivitas air merupakan syarat pertumbuhan mikrobia sehingga ketersediaan air selama inkubasi harus terjamin.
·         Ketersediaan oksigen, salmonella merupakan bakteri yang bersifat aerob sehingga ketersediaan oksigen dalam penginkubasian harus ada.
2.      Angka Lempeng Total / Jumlah Kuman
Angka Lempeng total (ALT) adalah jumlah koloni yang tumbuh pada media dari pengencerah sampel. Hal ini dikarenakan dengan melakukan pengenceran, maka jumlah mikroba yang tersuspensi di dalam air steril menjadi lebih kecil. Hal ini terlihat dari jumlah mikroba yang teramati setelah pengenceran hingga keempat kalinya, bahwa umumnya semakin banyak pengenceran yang dilakukan maka jumlah mikroba yang terhitung semakin sedikit.

























BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Judul Praktikum
Pada praktikum kali ini yaitu proses pengolahan penggaraman pada telur asin dengan variasi media pengasinan dengan abu dan batu bata.
B.     Waktu dan Tempat
Hari/tanggal          :
1.      Pembuatan telur asin          : Kamis, 9 April 2015
2.      Pemeriksaan laboratorium :
-          Awal : Senin, 13 April 2015
-          Akhir : Senin, 11 Mei 2015
Waktu                   : 10.00 - Selesai
Lokasi                   : Laboratorium Biologi Kampus Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan
C.    Pelaksanaan Praktikum
1.      Pembuatan telur asin dengan abu
a)      Alat dan bahan
1.      Alat
-        Tempat penyimpanan telur asin / ember
-       Penghancur garam
-       Saringan
-       Panci
-       Amplas
2.      Bahan
-          Telur bebek       :   10 buah
-          Abu                   :   1 kantong
-          Garam               :   1  bungkus
-          Air                     :   secukupnya
b)      Cara Kerja
-          Siapkan alat dan bahan
-          Pilih telur yang baik (tidak retak dan busuk)
-          Cuci telur bebek sampai bersih (telur yang baik adalah telur yang tenggelam atau melayang dalam air)
-          Amplas telur supaya pori-pori terbuka, sehingga garam cepat masuk kedalam telur.
-          Hancurkan garam dan abu sampai halus lalu disaring
-          Haluskan garam
-          Campur garam dan abu yang telah dihaluskan
-          Campur dengan air secukupnya sampai membentuk adonan
-          Bungkus  telur dengan adonan sampai tertutup
-          Lumuri dengan abu
-          Masukkan dalam sebuah tempat (ember) kemudian simpan
-          Telur yang telah dibungkus adonan disimpan dalam waktu 7 sampai 10 hari agar garam meresap kedalam telur.
-          Setelah 7 sampai 10 hari, buka pembungkus telur
-          Cuci semua telur sampai bersih
-          Kukus telur sampai matang
2.      Pembuatan telur asin dengan batu – batu
a)      Alat dan bahan
1.      Alat
-          Alat penghancur garam dan batu bata
-          Tempat penyimpanan telur asin / ember
-          Saringan
-          Panci
-          Amplas
-          Kompor / alat pemanas
2.      Bahan
-       Telur bebek       :     10 buah
-       Batu bata          :     2   buah
-       Garam               :     1  bungkus
-       Air                    :     secukupnya
b)      Cara Kerja
-          Siapkan alat dan bahan
-          Pilih telur yang baik (tidak retak dan busuk)
-          Cuci telur bebek sampai bersih (telur yang baik adalah telur yang tenggelam atau melayang dalam air)
-          Amplas telur supaya pori-pori terbuka, sehingga garam cepat masuk kedalam telur.
-          Hancurkan garam dan batu bata sampai halus lalu disaring
-          Haluskan garam
-          Campur garam dan batu bata yang telah dihaluskan
-          Campur dengan air secukupnya sampai membentuk adonan
-          Bungkus  telur dengan adonan sampai tertutup
-          Lumuri dengan batu-bata
-          Masukkan dalam sebuah tempat (ember)
-          Telur yang telah dibungkus adonan disimpan dalam waktu 7 sampai 10 hari agar garam meresap kedalam telur.
-          Setelah 7 sampai 10 hari, buka pembungkus telur
-          Cuci semua telur sampai bersih
-          Kukus telur sampai matang
3.      Pemeriksaan bakteriologis
a)      Salmonella
1.      Alat dan bahan
·         Alat :
-          Incubator
-          Cawan petri steril
-          Lampu spiritus
-          Pepet ukur 10 ml
-          Beaker glass
-          Ose
-          Balp
-          Gelas ukur
-          Tabung reaksi
-          Tabung durham
-          Autoclave
·         Bahan
-          Endo agar
-          Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
-          Media gula-gula (Maltosa, Manit, Sakarosa, Laktosa, Glukosa, KIA)
-          Sampel Telur asin
-          Aquadest
2.      Cara kerja
a.      Hari I
-          Timbang sampel telur asin sebanyak 10 gram
-          Kemudian blender dengan air pepton sebanyak 90 ml
-          1 ml sampel salmonella masukkan ke dalam petridish steril dan tuangi endo agar steril suhu 55oC ± 15 cc goyang dan biarkan beku
-          Eramkan selama 18 – 24 jam dengan suhu 37oC.

b.      Hari ke II
-          Amati, jika koloni berwarna merah rose, coloni kecil dan berwarna putih berarti positif
-          Tanam pada media TSIA 1 – 2 mata ose secara zig-zag
-          Eramkan selama 18 – 24 jam dengan suhu 37oC
c.       Hari ke III
-       Dinyatakan positif jika lereng berwarna merah, dasar kuning dan pada tusuk tidak hitam
-       Lanjutkan pada media gula-gula dan KIA 1 – 2 mata ose
-       Eramkan dengan suhu 37oC selama 18 – 24 jam
d.      Hari ke IV
-          Baca dalam tabel untuk menentukan jenis salmonella. Pada KIA apabila tusuk pertama ada warna hitam maka menandakan adanya gas H2S dan pada lereng warna merah dengan dasar kuning.
b)      Angka Lempeng Total / jumlah kuman
1.      Alat dan bahan
·         Alat
-          Tabung reaksi steril
-          Petridish steril
-          Erlenmeyer steril
-          Pipet ukur steril
-          Karet penghisap
-          Lampu spritus/Bunsen
-          Rak tabung
·         Bahan
-          Larutan pengencer / Nacl 0,85 %
-          NAP (Nutrient Agar Plate)
-          Telur asin
2.      Cara kerja
-          Sterilkan semua alat dan bahan yang akan digunakan
-          Disiapkan cawan petridish, bunsen, sampel, pipet steril dan larutan pengencer /NaCl 9 ml
-          Cawan petridish dan larutan pengencer diberi kode sesuai pengencer yaitu 10-1 , 10-2, 10-3
-          Ambil 5 ml sampel cair untuk sampel telur asin
-          Tambahkan 45 ml NaCl 0,85 % steril menggunakan pipet ukur ke dalam tabung kemudian di homogenkan
-          Ambil sampel dengan pengencer 10-1 sebanyak 2 ml,1 ml -masukkan ke dalam larutan pengencer kode 10-2 dan homogenkan lalu 1 ml masukkan ke dalam cawan petridish kode 10-1  dengan selalu menghidupkan bunsen disekitarnya
-          Kemudian ambil pula larutan pengencer 10-2 sebayak 2 ml,1 ml  masukkan ke dalam larutan pengencer kode 10-3 dan homogenkan lalu 1 ml dimasukkan ke dalam cawan petridish kode10-2
-          Ambil larutan pengencer 10-3 sebanyak 1 ml dan masukkan ke dalam cawan petridish kode 10-3
-          Dibuat kontrol dengan mengisi cawan petridish sebanyak 1 ml larutan pengencer
-          Masing-masing cawan petridish ditambahkan NAP steril cair dengan memindahkannya berdekatan dengan bunsen yang telah dihidupkan
-          Cawan petridish yang telah ditambahkan NAP steril cair  digoyang pelan pelan ke kanan, kiri, atas, bawah dan di tengah sebanyak 3 kali agar pertumbuhan koloni merata
-          Tunggu sampai beku kemudian barulah dieramkan pada incubator dengan suhu 37ºC selama 2 x 24 jam dalam posisi terbalik
-          Setelah itu dibaca koloni yang tumbuh pada cawan petridish dan catat hasil dan hitung jumlah kumannya.
D.    Anggaran Biaya
-          Telur 20 buah                  @ Rp. 2.000,00                            Rp. 40.000,00
-     Garam 2 bungkus              @ Rp. 1.000,00                            Rp. 2.000,00
-        Abu 2 kantung                  @ Rp. 2.000,00                            Rp. 4.000,00     +
Rp. 46.000,00-
E.     Cara Pengawetan
Pengawetan telur dilakukan dengan mengunakan garam yang di tambahkan pada batu-bata dan abu gosok dengan komposisi tertentu.
F.     Pemeriksaan
1.      Keadaan fisik
Pemeriksaan keadaan fisik pada telur yang di awetkan selama ± 1 minggu dengan menggunakan garam, dilakukan pengamatan atau pemeriksaan bentuk, warna, bau,  permukaan telur, keutuhan, dan kebersihan telur itu sendiri. Pengamatan ini dilakukan 2 kali dalam seminggu selama proses pengawetan berlangsung.
2.      Cemaran mikroba
a)      Salmonella, pemeriksaan bakteri Salmonella ini dilakukan 2 kali pemeriksaan yaitu awal dan akhir setelah melewati proses pengawetan,  pemeriksaannya dilakukan di laboratorium selama empat hari.
b)      Angka Lempeng Total (ALT), pemeriksaanya juga dilakukan 2 kali pemeriksaan dilaboratorium, pemeriksaannya dilakukan selama 2 × 24 jam.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil
1.      Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan pegamatan dan pemantauan yang telah kami lakukan selama 4 hari pada perkembangan kondisi fisik dari Telur Asin itu sendiri yaitu dapat di lihat pada tabel berikut:
Perubahan Fisik
Perubahan dari
Hari ke-1
Hari ke-2
Hari ke-3
Hari ke-4
AG
BB
AG
BB
AG
BB
AG
BB
Warna
-
-
-
-
-
-
-
-
Bau
-
-
-
-
-
-
-
ü   
Keutuhan
-
-
-
-
-
-
-
-
kebersihan
-
-
-
-
-
-
-
-
Permukaan
-
-
-
-
-
-
-
-













KETERANGAN:      
AG = Abu Gosok
BB = Batu Bata


2.      Pemeriksaan Bakteriologis
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan yaitu pemeriksaan salmonella dan angka lempeng total pada telur asin dari batu bata dan telur asin dari abu gosok, hasil pemeriksaan yang kami peroleh yaitu:
a)      Hasil pemeriksaan salmonella
Pemeriksaan Salmonella Telur Asin
Perlakuan
Abu gosok
Batu bata
Awal
Negatif
Negatif
Akhir
Negatif
Negatif

b)      Hasil ALT (Angka Lempeng Total)
Pemeriksaan ALT telur asin
Perlakuan
Abu gosok
Batu bata
Awal
664.000 koloni
360.000 koloni
akhir
1.104.500 koloni
1.864.500koloni




B.     Pembahasan

1.      Kondisi fisik telur asin
Berdasarkan pengamatan kondisi fisik dari pengawetan telur asin selama 4 hari lamanya, baik pada media batu bata maupun pada media abu gosok dimana pengamatan yang kami lakukan yaitu seperti warna, bau, tekstur, permukaan dan keutuhan pada telur itu sendiri.
Berdasarkan hasil pengamatan kami terhadap warna, tekstur, permukaan dan keutuhan telur tidak ada perubahan yang terjadi. Namun pada pengamatan dari segi bau dari telur pada hari ke empat sudah mulai tercium bau pada media batu bata namun pada media abu gosok tidak berbau. Hal ini di karenakan pada proses pembalutan adonannya tidak terlalu tebal dan adonan batu batanya juga sedikit encer sehingga setelah proses pembalutannya dapat terpecah kembali akibat encernya adonan tersebut.
Faktor lain yaitu suhu penyimpanan dan kelembaban ruangan yang merupakan salah satu factor rusaknya atau menurunnya mutu telur yang sangat dipengaruhi oleh suhu penyimpanan dan kelembaban ruang penyimpanan itu sendiri. Kerusakan yang diakibat perubahan melalui porses fisika seperti pemanasan, pendinginan, dan tekanan udara. Salah satu kerusakan pada telur yang dapat dilihat dengan kasat mata, yaitu :
a.       Telur yang semula terbagi dua (kuning telur dan putih telur) dan berbentuk    kental, berubah menjadi cair dan telah bercampur
b.      Terdapat noda hitam pada bagian putih telur, dapat diterawang/dilihat menggunakan lampu
c.       Tercium bau yang busuk
d.      Bila diguncang, berbunyi
e.       Adanya keretakan pada cangkang
f.       Bila dimasukan ke dalam air, akan mengapung atau melayang mendekati permukaan air.

2.      Salmonella
Berdasarkan hasil yang di peroleh pada praktikum pemeriksaan salmonella pada telur asin yang telah kami lakukan pada dua perlakuan yaitu pembuatan telur asin dengan perlakuan menggunakan abu gosok sebagai adonan luarnya dan telur asin dengan balutan adonan batu bata bagian luarnya. Hasil yang kami peroleh pada kedua perlakuan tersebut adalah negative mengandung bakteri salmonella baik pemeriksaan awal maupun pemeriksaan akhirnya.
Hal tersebut dikarenakan pada saat pembuatan telur asin sampai pada pemeriksaan bakterinya, kami melakukannya dengan sangat teliti dan selektif akan kebersihannya mulai dari proses pembuatan telur asin yang sangat kami memperhatikan ialah alat dan wadah yang digunakan, kemudian pemilihan bahan bakunya, pemilihan bahan pembuatan adonannya serta tempat pengolahannya pun  sangat kami perhatikan. Dalam pembuatan telur asin ini, telur yang  kami gunakan adalah telur itik karena ukuranya yang lebih besar dari pada telur ayam, sebelumnya telur yang kami gunakan itu di cuci bersih dari kotoran yang menempel agar tidak terjadi kontaminasi dan agar tidak cepat terjadi kerusakan pada telur itu sendiri, kemudian proses pembalutan adonannya kami membalut telurnya setebal mungkin agar mikroba tidak mudah masuk ke dalam telur serta penambahan garamnya juga sudah cukup pas agar proses pengawetannya berlangsung sesuai yang di inginkan.
 Dan  yang lebih penting lagi pada saat pemeriksaan bakteriologisnya di laboratorium, kami pun sangat teliti dan berhati-hati. Dimana pada pemeriksaan bakteriologis ini persyaratannya yaitu harus steril, bebas dari kuman dan mikroorganisme lainnya, baik pada peralatan yang digunakan, bahan itu sendiri, tempat maupun praktikkannya sendiri harus bersih, agar tidak terjadi kontaminasi pada saat praktikum berlangsung. Kerusakan pada telur juga dapat dipengaruhi oleh factor mikrobiologi  seperti  bakteri, kapang, dan sebagainya. Kerusakan yang disebabkan oleh mikrobiologi yaitu :
a) Geen rot
Pada keadaan ini isi telur menjadi encer, kadang-kadang dijumpai warna kehijauan. Kuning telur tertutup oleh lapisan berwarna merah jambu keputih-putihan. Putih telur kadang kadang menjadi hitam. Telur berbau busuk dan rasanya agak asam. Penyebabnya adalah bakteri dari genus Pseudomonas.
b)  Red rot
Bakteri-bakteri Pseudomonas dapat pula menyebabkan pewarnaan merah pada kuning telur. Putih telurnya sendiri menjadi encer dan berwarna keabu-abuan mendekati merah.
c)      Black rot
Telur menjadi berbau sangat busuk. Apabila telur dipecah isinya berwarna coklat kehijauan, encer dan berair. Kuning telur berwarna hitam. Penyebabnya adalah bakteri-bakteri Aloaligenes, Escherichia dan bakteri-bakteri pemecah protein.
d)     Jamur
Tumbuhnya jamur pada bagian dalam kulit telur atau pada selaput tipis kulit. Kemampakan jamur ini keabu-abuan atau hitam. Kadang-kadang sedikit merah jambu.
Dengan demikian pada pelaksanaan pemeriksaan salmonella pada telur asin yaitu negatif  mengandung salmonella, hal tersebut sudah memenuhi Standar Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 00.06.1.52.4011 Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dalam Makanan, dimana batas salmonella pada telur asin yaitu Negatif / 25 g.

3.      ALT (Angka Lempeng Total)
Berdasarkan hasil pemeriksaan ALT (Angka Lempeng Total) pada telur asin baik media abu gosok maupun Batu bata, kami memperoleh hasil jumlah kuman yang sangat tinggi dan melebihi batas maksimum yang diperuntukkan. Yang seharusnya batas maksimum jumlah kuman atau ALT pada makanan olahan telu yaitu 1 × 104 koloni/g menurut Standar Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 00.06.1.52.4011  Jumlah kuman pada pemeriksaan awal telur asin pada media abu gosok yaitu 664.000 koloni sedangkan pada media Batu bata jumlah kumannya yaitu 360.000 koloni. Sementara pada pemeriksaan akhir jumlah kumannya bertambah banyak yaitu pada media abu gosok 1.104.500 koloni, sedangkan pada media batu bata yaitu 1.864.500 koloni.
Bertambahnya jumlah koloni pada pemeriksaan akhir di sebabkan karna telur asin tersebut telah mengalami kerusakan dari segi bau dan isi dari pada telur tersebut sudah mulai berubah menjadi kecoklatan setelah di tinggal beberapa hari baru di periksa serta masuknya mikroba pada saat penyimpanannya, di samping itu pada saat pelaksanaan pemeriksaan di laboratorium kami tidak menggunakan APD seperti masker sehingga apa bila kami bicara kuman-kuman yang ada akan berpindah pada media pemeriksaan ALT, semua itu akan mempengaruhi tingkat keberhasilan praktikum itu sendiri.
Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada pada suatu sampel, umumnya dikenal dengan Angka Lempeng Total (ALT). Uji Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual berupa angka dalam koloni(cfu) per ml/g atau koloni/100ml. Cara yang digunakan antara lain dengan cara tuang, cara tetes dan cara sebar (BPOM, 2008).
Prinsip pengujian Angka Lempeng Total menurut Metode Analisis Mikrobiologi (MA PPOM 61/MIK/06) yaitu pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai. Pada pengujan Angka Lempeng Total digunakan PDF (Pepton Dilution Fluid) sebagai pengencer sampel dan menggunakan PCA (Plate Count Agar) sebagai media padatnya. Digunakan juga pereaksi khusus Tri Phenyl tetrazalim Chlotide 0,5 % (TTC).





BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Mahasiswa sudah dapat mengetahui  cara pengolahan atau pengawetan telur asin baik menggunakan media abu gosok maupun batu bata.
2.      Pada pemeriksaan salmonella  pada telur asin dari batu bata dan telur asin dari abu gosok, hasil pemeriksaan yang kami peroleh yaitu negatif atau tidak mengandung bakteri salmonella.
3.      Pada pemeriksaan Angka Lempeng Total pada telur asin dari batu bata dan telur asin dari abu gosok, hasil pemeriksaan yang kami peroleh yaitu sangat tinggi baik pemeriksaan awal maupun pemeriksaan akhirnya.

B.     Saran
Sebaiknya untuk melakukan praktikum pemeriksaan pada sampel telur asin terlebih dahulu harus memperhatikan telur yang akan digunakan sebagai sampel karena secara fisik telur harus bersih dan tidak berbau. Selain itu, sampel telur yang digunakan sebaiknya melebihi dari jumlah sampel yang digunakan agar saat melakukan praktikum apabila terjadi kesalahan bisa mengambil sampel yang sama dengan cepat.





DAFTAR PUSTAKA

Izzah Shalehah. 2013. Laporan praktikum analisis teknologi pangan. https://izzahshalehah.wordpress.com/2013/12/27/laporan-praktikum-analisis-teknolgi-pangan/. Diakses tanggal 18 maret 2015

Telur Asin Masir. 2013. Proses yang terjadi pada saat penggaraman.
Yahya, Kristiana. 2012. http://kristiana-yahya.blogspot.com/2012/03/pengujian-angka-lempeng-total-alt.html . Diakses tanggal 1 Mei 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar